Jumat, 22 November 2024

Harga Minyak Turun di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga AS

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi pompa minyak terlihat saat Matahari terbenam di ladang minyak Daqing, Provinsi Heilongjiang, China. Foto: Antara

Harga minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) karena investor mengambil keuntungan, menyusul pertumbuhan material di sesi sebelumnya di tengah meningkatnya kenaikan suku bunga AS.

Melansir Antara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2023 tergelincir dari mulanya 87 sen atau 1,18 persen, menjadi menetap di 72,99 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman September 2023 merosot 78 sen atau 0,99 persen, menjadi ditutup pada 77,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, Vladimir Zernov analis pemasok informasi pasar FX Empire mengatakan, minyak WTI mundur karena para pedagang mengambil beberapa keuntungan di dekat ujung atas kisaran perdagangan multi-bulan.

Sebelumnya, minyak WTI meningkat lebih dari 5,0 persen dalam tiga sesi dan mencapai level tertinggi sejak 25 Mei lalu.

Edward Moya analis pasar senior di OANDA mengatakan, harga minyak mentah melemah karena meningkatnya kekhawatiran bahwa prospek pertumbuhan global semakin buruk dari hari ke hari.

Moya menambahkan, minyak akan berjuang pekan ini jika pembacaan inflasi di Amerika Serikat mendukung kasus hawkish untuk beberapa kenaikan suku bunga lagi, sementara produksi industri kawasan Euro tetap lesu.

“Saya pikir itu proyeksi yang sangat masuk akal untuk mengatakan beberapa kenaikan suku bunga lagi akan diperlukan untuk menurunkan inflasi,” kata Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly, Senin (10/7/2023).

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Kepala Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan, kombinasi permintaan minyak dari China dan negara-negara berkembang dengan pengurangan pasokan OPEC+, memungkinkan akan membuat pasar tetap ketat pada paruh kedua tahun ini meskipun ekonomi global sedang lesu. (ant/fra/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs