Jumat, 22 November 2024

BMKG Sebut Gempa Bantul Yogyakarta Jadi Alarm Zona Subduksi Masih Aktif

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Peta lokasi gempa bumi yang mengguncang wilayah Yogyakarta pada Jumat (30/6/2023). Foto: Antara/ Badan Geologi

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, jadi alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah Selatan Pulau Jawa.

“Gempa malam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita bahwa zona subduksi di Selatan jawa memang masih aktif,” kata Daryono Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (30/6/2023) malam yang dikutip Antara.

Daryono memaparkan, zona subduksi aktif itu tidak hanya menimbulkan gempa bumi, tetapi juga potensi tsunami yang bisa menerjang wilayah selatan Pulau Jawa.

Menurutnya, catatan sejarah tsunami di selatan Pulau Jawa telah terjadi sebanyak delapan kali dengan rincian tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994 di Banyuwangi, dan 2006 di Pangandaran.

“Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa serta tsunami di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya,” tuturnya.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa Yogyakarta adalah kawasan sistemik aktif dan kompleks, karena memiliki sumber gempa potensial dari darat maupun laut.

Dari laut terdapat zona subduksi yang memiliki potensi gempa bumi berkekuatan mencapai 8,7 magnitudo. Sedangkan, di darat terdapat sesar kompak yang cukup aktif dan berkekuatan hingga mencapai 6,6 magnitudo.

“Kalau kita melihat sejarah sejak tahun 1800 itu zona megathrust di Yogyakarta sudah memicu gempa sebanyak 12 kali. Gempa terakhir pada 2 September 2009 yang berkekuatan 7,8 magnitudo di wilayah selatan,” pungkas Daryono.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah terjadi gempa bumi yang berpusat di wilayah Samudera Hindia sebelah selatan Yogyakarta pada pukul 19.57 WIB.

BMKG awalnya mencatat gempa itu berkekuatan 6,4 magnitudo dan kedalaman 25 kilometer, lalu kekuatannya diperbaharui ke angka 6,0 magnitudo dengan kedalaman 67 kilometer.

Gempa bumi merusak itu memiliki skala intensitas IV hingga II, yang terasa oleh warga yang bermukim di Bantul, Klaten, Banjarnegara, hingga Bandung.

Sementara Dwikorita Kepala BMKG mengatakan pihaknya hingga pukul 21.30 WIB merekam sebanyak 20 kali gempa bumi susulan.

“Hasil monitoring BMKG sampai pukul 21.30 WIB menunjukkan adanya 20 kali gempa susulan dengan magnitudo berkisar antara 3,0 hingga 4,2,” kata Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan gempa bumi tersebut menyebabkan 93 rumah rusak, dengan tingkat ringan hingga sedang yang tersebar di Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Dampak guncangan gempa bumi itu merusak sejumlah fasilitas umum, seperti tempat ibadah, sekolah, pemerintah, kesehatan maupun jaringan listrik.

Kerusakan ringan fasilitas ibadah sebanyak satu unit dan jaringan listrik di Kebumen, Jawa Tengah (Jateng).

Sedangkan di Yogyakarta, ada satu unit sekolah rusak dan lima unit fasilitas pemerintah di Gunung Kidul, satu unit fasilitas pendidikan di Bantul, serta satu unit fasilitas kesehatan rusak di Kulon Progo.

Adapun kerusakan di Kabupaten Pacitan, tercatat ada sebanyak empat unit kantor dan dua unit sekolah. (ant/bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs