Wukuf di Arafah telah usai. Kemudian jemaah haji Indonesia mabit (menginap) di Muzdalifah dan Mina. Selama di Mina, jemaah akan melontar Jamrah Aqabah pada 10 Zulhijah. Dilanjutkan Jamrah Ula, Wusta, dan Aqabah pada hari-hari tasyrik.
Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama melihat pelaksanaan wukuf di Arafah secara umum berjalan baik dan lancar. Namun, kondisi di Mina jauh lebih berat dibanding di Arafah.
Sebab, jemaah akan tinggal lebih lama di tenda Mina. Selain itu, jika di Arafah jemaah hanya diam, sementara di Mina ada aktivitas lontar jamrah.
“Sampai selesai wukuf, dilaporkan ada tujuh jemaah yang wafat di Arafah. Jika di Mina tidak dipersiapkan dengan betul, kejadian yang sama akan terulang, banyak jemaah yang tumbang, termasuk lansia. Kita tidak berharap,” terang Yaqut dalam laman resmi Kemenag, Rabu (38/6/2023).
Gus Yaqut menambahkan, pihaknya sedang mempersiapkan skenario agar jemaah yang mayoritas lansia ini bisa beribadah dengan nyaman tanpa harus gugur kewajiban hajinya.
“Sebab di Fikih banyak alternatif. Sehingga mereka yang tidak mampu bisa dibadalkan lontar jamrahnya,” sambungnya.
Gus Yaqut meminta Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menerapkan skema perlindungan, pelayanan, dan pembinaan dengan menyesuaikan kondisi fisik jemaah, agar mereka tidak memaksakan.
“Jadi yang benar-benar mungkin saja yang boleh lontar jumrah sendiri dan boleh tawaf ifadah sendiri. Lainnya, jemaah yang secara fisik tidak memungkinkan, saya minta lontar jumrahnya dibadalkan,” tegas Mina.
“Skenarionya badal, membadalkan jemaah yang tidak mampu. Jadi intinya kami tidak mau jemaah ini dipaksakan kondisi fisiknya,” sebut Menag.
Gus Yaqutmeminta PPIH untuk segera mengidentifikasi jemaah yang harus dibadalkan. Gus Men juga minta petugas untuk siap membadalkan jemaah.
“Saya kira kita memiliki petugas yang cukup untuk bisa membadalkan jemaah. Lempar jamrah itu kan satu orang bisa mewakili beberapa orang,” jelasnya. (saf/rst)