Heri Akhmadi Duta Besar (Dubes) RI untuk Jepang mengatakan, kunjungan Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako ke Indonesia yang dilakukan pada 17 hingga 23 Juni, untuk penguatan dan perluasan kerja sama Indonesia-Jepang.
“Indonesia menjadi negara pertama dalam lawatan kenegaraan Kaisar Jepang ke luar negeri. Jepang melihat tinggi postur Indonesia di antara negara-negara lain. Jepang juga melihat bukti nyata kesuksesan Indonesia di G20 dan keketuaan ASEAN. Termasuk pula kehadiran Indonesia dalam KTT G7 di Hiroshima lalu,” ucapnya, pada Jumat (23/6/2023).
Kunjungan Kaisar Naruhito ke berbagai tempat di Indonesia menurut Dubes Heri harus mampu diterjemahkan sebagai prospek penguatan kerja sama kedua negara khususnya di bidang air. Hal ini senada dengan promosi Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum di tahun 2024.
“Kaisar Naruhito mempunyai perhatian sangat besar terkait masalah air. Beliau adalah presiden kehormatan the World Water Forum yang ketiga di tahun 2003. Di Jakarta, Kaisar tinjau Pintu Air Pluit, lalu di Jogjakarta meninjau Dam Sabo. Dam Sabo desainnya memang dibangun bersama Jepang termasuk Pintu Air Pluit. Saya mempromosikan kunjungan ini sebagaimana rencana Indonesia menjadi tuan rumah dari World Water Forum itu,” terang Dubes Heri Akhmadi.
Tidak hanya masalah air, kunjungan ke depo MRT di Lebak Bulus juga mendapat kesan baik dari Kaisar Jepang yang tidak hanya melihat operasional teknis MRT tetapi juga faktor kebersihan dan tertib manajemen dalam pelayanan konsumen.
“MRT adalah proyek ikonik untuk Jakarta. Ini adalah suatu kerja sama yang luar biasa antara Indonesia dan Jepang. Saat di Istana Bogor, saya melaporkan kepada Presiden Joko Widodo bahwa kunjungan Kaisar di Depo MRT itu sangat mengesankan. Bukan hanya persoalan teknik tetapi juga dari sisi disiplin,” kata dia.
Sekarang ini MRT sudah berjalan 4 tahun dengan zero accident, ketepatan waktu 99,9 persen dan kondisi deponya juga sangat bersih. Pada hemat saya, kerja sama MRT ini juga bisa melahirkan suatu budaya kerja dan disiplin yang sangat baik. Seluruh pengoperasian MRT sudah dilakukan sepenuhnya oleh warga Indonesia,” tambahnya.
Dubes Heri menekankan Jepang adalah investor utama di Indonesia. Kerja sama kedua negara tidak hanya dalam ruang lingkup ekonomi tetapi juga di bidang lainnya.
“Sejak tahun lalu, Jepang sudah berpartisipasi dalam latihan militer di Garuda Shield Indonesia. Dan tahun ini kontingennya akan lebih besar, bahkan Jepang telah berencana membawa pasukan paratroops. Sehingga saya kira hubungan kerja sama ini sudah beyond economic,” jelasnya.
Total perdagangan bilateral Indonesia-Jepang pada tahun 2022 mencapai USD 42,02 miliar, meningkat dari tahun 2021 yaitu 29,23 persen. Nilai total perdagangan ini bahkan telah jauh melebihi angka tertinggi sebelum pandemi yaitu pada tahun 2018 sebesar USD 37,4 miliar.
Indonesia juga mencatatkan surplus perdagangan pada tahun 2022 dengan Jepang yakni mencapai USD 7,7 miliar atau melonjak 137,54 persen dibandingkan periode 2021 sebesar USD 3,2 miliar. Fundamental yang kuat ini menjadi dasar kepercayaan dan kuatnya kerja sama ekonomi Jepang dan Indonesia.
Dubes Heri juga memastikan penguatan kerja sama Indonesia – Jepang dalam pembangunan proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Keterlibatan Jepang nantinya menurut Dubes Heri tidak hanya di lingkup infrastruktur dan bangunan tetapi juga menaruh perhatian di sektor kehutanan.
“Alhamdulillah, saat kunjungan Presiden Jokowi ke Jepang pada KTT G7 di Hiroshima beberapa waktu lalu, ada lebih dari 30 perusahaan dan lembaga di jepang sudah menandatangani letter of intent untuk berinvestasi di IKN. Perusahaan-perusahaan Jepang juga berkeinginan sekali untuk menggarap hutan-hutan lindung yang nanti akan menjadi ciri khasnya dari IKN itu. Jadi jangan dibayangkan dari sisi bangunan, Jepang pun sangat berminat untuk investasi di bidang kehutanan,” tambahnya.
Potensi lainnya kerja sama Indonesia – Jepang yang harus menjadi perhatian lanjut Dubes Heri adalah sektor ketenagakerjaan.
Jumlah WNI yang bekerja di Jepang sebelum pandemi Covid-19 sekitar 35 ribu orang, sekarang melonjak dua kali lipat jumlahnya jadi 70 ribu orang.
“Jepang adalah aging society, jadi faktor demografi itu harus menjadi perhatian. Kalau Jepang tidak merombak kebijakan imigrasinya maka angkatan muda Jepang pada 2035 nanti lebih dari 60 persen akan terserap hanya mengurusi orang-orang tua,” ujarnya.
Ini yang kemudian Jepang sedang merumuskan membuka pekerja migran lebih banyak. Ini peluang Indonesia untuk mengirim lebih banyak lagi tenaga kerja terampil ke Jepang.(iss)