Dikala perusahaan otomotif Eropa berbondong-bondong mengeluarkan produk masa depan bebas emisi menggunakan kendaraan listrik atau Electric Vehicles (EV), perusahaan otomotif Jepang justru tidak terlalu berambisi, sebab Jepang percaya bahwa tujuan otomotif masa depan itu bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicles (FCEV).
Strategi kendaraan hidrogen Jepang dipimpin oleh Akio Toyoda mantan CEO Toyota yang turun dari jabatan CEO Januari kemarin.
“Tim baru nanti akan bisa melakukan hal yang tidak bisa saya lakukan. Sekarang saya akan mundur agar orang-orang muda memasuki halaman baru dari masa depan transportasi yang seharusnya”, ujar Akio Toyoda sesuai dikutip dari Thedriven, Rabu (21/6/2023).
Salah satu motivasi substansial yang mendorong perusahaan otomotif Jepang untuk mengembangkan kendaraan bertenaga hidrogen berasal dari pemerintah Jepang itu sendiri. Eropa, China, Asia, dan beberapa bagian Amerika belakangan ini menyuarakan tentang peningkatan kendaraan bebas emisi.
Jepang juga mengalami hal yang sama. Namun yang membedakan Jepang dari negara lain adalah pada 2017 saat Jepang menjadi negara pertama yang mengajukan strategi hidrogen nasional.
Pada dasarnya, kendaraan hidrogen menggunakan fuel cells, sebuah alat untuk mengkonversi hidrogen menjadi listrik. Konversi tersebut mengandalkan reaksi kimia dimana emisinya berupa air. Energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan mobil hidrogen berasal dari elektron yang bergerak melalui sirkuit khusus.
Dari segi emisi, kendaraan hidrogen memiliki emisi yang sama rendahnya dengan kendaraan listrik, sehingga banyak ahli menyatakan bahwa kendaraan hidrogen memiliki peran penting dalam mencapai dunia otomotif yang bebas emisi
Untuk penyimpanan bahan bakar hidrogen sendiri, hidrogen disimpan dalam tangki bertekanan tinggi dalam kendaraan. Hidrogen disimpan dalam bentuk gas daripada cair karena untuk menyimpan hidrogen dalam bentuk cair memerlukan temperatur yang sangat rendah dan sangat sulit dicapai dalam aplikasi praktis dan produksi massa.
Kendaraan hidrogen, seperti kendaraan dengan bahan bakar fosil dan listrik, memiliki sejumlah kekurangan fundamental dan perusahaan otomotif Jepang sepertinya tetap kukuh dalam keputusan itu.
Bloomberg mewawancarai lima CEO perusahaan otomotif Jepang terkait strategi kendaraan hidrogen ini.
“Keharmonisan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain sangat berkebalikan dengan kondisi di Eropa, karena beberapa perusahaan mulai menjauhkan diri karena tidak menemukan kesepakatan dalam solusi terbaik mengatasi perubahan iklim,” kata Bloomberg.
Meskipun begitu, Honda, salah satu perusahaan otomotif Jepang, menjadi pabrikan yang paling gencar mengembangkan kendaraan listrik. Namun, Honda juga tetap dengan perlahan-lahan dan teliti mengembangkan penggerak bertenaga hidrogen, dan baru saja menggandeng Isuzu untuk merancang truk bertenaga hidrogen pada 2027.
“Tujuannya adalah mencapai netralitas karbon”, ucap Toshiro Mibe CEO Honda kepada Bloomberg.
Dalam implementasinya, Honda, Suzuki, Yamaha, dan Kawasaki mengeluarkan pernyataan bahwa mereka berencana membentuk asosiasi riset HySE atau Hydrogen Small Engine. Asosiasi ini didirikan bersama Toyota dalam mengembangkan beberapa teknologi yang sudah dikembangkan Toyota agar bisa diadaptasikan ke kendaraan yang lebih berat.
Fokus utamanya adalah bukan kendaraan hidrogen murni, tapi mulai dengan kendaraan yang bergerak dengan membakar hidrogen. Walau tidak sebersih FCEV, solusi ini tetap lebih hijau daripada kendaraan berbasis bahan bakar fosil dan bisa mengurangi emisi karbon secara signifikan. (bnt/rst)