Sabtu, 23 November 2024

Kemenag Jatim dan Inovasi, Dorong Implementasi Kurikulum Merdeka

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Kegiatan peluncuran Kurikulum Merdeka pada Madrasah yang diselenggarakan di Surabaya, pada Selasa (20/6/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Untuk mempercepat proses transformasi pembelajaran, Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Jawa Timur bersama Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) mengajak untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada tahun akademik 2022/2023.

Santoso Plt Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jatim mengatakan bahwa pola pembelajaran Kurikulum Merdeka memiliki nilai yang positif di antara keterbatasan beraktivitas dan bersosialisasi waktu itu.

Apalagi, saat ini berada di masa paska pandemi Covid-19, yang menurutnya semangat pendidik harus meningkat dan tranformasi pembelajaran di Indonesia harus dipercepat.

“Pengalaman pembelajaran di masa pandemi memberikan manfaat kepada guru ketika mereka mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada tahun akademik 2022/2023. Kurikulum yang dilaksanakan di madrasah bertujuan menyiapkan anak didik agar mampu beradaptasi di tengah masyarakat setelah lulus nanti,” ucapanya di Surabaya pada Selasa (20/6/2023).

Pembelajaran dalam kurikulum tersebut, kata Santoso, menjadikan guru-guru terbiasa menyederhanakan kurikulum, melaksanakan asesmen diagnostik, dan menyelenggarakan pembelajaran terdiferensiasi.

Ia juga mengatakan bahwa pendidikan madrasah tersebut juga memperkuat penanaman karakter keagamaan untuk mencetak generasi yang islami dan berakhlak mulia, serta menjadi sosok yang aktif menjaga keutuhan dan kemuliaan bangsa Indonesia.

“Oleh karena itu, pendidik meski membekali sejumlah pengetahuan yakni nilai ilahiyah dan nilai insaniyah. Tujuan yang sama seperti terkandung dalam projek penguatan profil pelajar pancasila, salah satu hal yang ditekankan dalam Kurikulum Merdeka,” tuturnya.

Sementara itu, Feiny Sentosa Deputi Program Director Learning Inovasi mengatakan bahwa kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang berpihak pada anak. Oleh karena itu menurutnya, setiap anak harus dipastikan kebutuhan pendidikannya.

Untuk menjalankan program itu, ia mengatakan, di awal pembelajaran pengajar harus mengetahui apa saja kebutuhan siswa, sehingga kebutuhan secara akademis dan di luar akademis terpenuhi.

“Jadi kebutuhan anak secara keseluruhan, anak yang belum makan, belum mandi ketika datang ke sekolah itu bisa mendapat perhatian sekolah dan juga orang tua, jadi prinsipnya itu,” ucapnya.

Dengan begitu, menurutnya siswa akan betul-betul mendapatkan manfaat dari transformasi pembelajaran.

Sebagai diketahui, dalam kesempatan itu juga dilakukan bedah buku berjudul “Kisah Transformasi Pembelajaran di Daerah” yang merupakan kompilasi 55 naskah praktik baik dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara yang bercerita tentang transformasi pembelajaran yang terjadi di masa pandemi.

Naskah praktik baik itu ditulis oleh para pengambil kebijakan, kepala sekolah, pengawas, guru, dan juga komunitas masyarakat. Isinya bercerita tentang upaya daerah untuk menyelenggarakan pembelajaran di masa pandemi. Termasuk upaya melakukan learning recovery, dimana karakteristik kurikulum merdeka menjadi senjata andalannya.

“Cerita-cerita ini merupakan perjuangan yang terjadi di masa pandemi waktu itu. Kita ingin cerita ini juga menjadi inspirasi atau motivasi yang mendorong praktisi guru-guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua untuk melakukan hal yang sama, untuk memastikan setiap anak mempunyai kebutuhan berbeda yang perlu diperhatikan,” pungkasnya.(ris/dvn/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs