Sabtu, 23 November 2024

Pakar Geologi ITS Sebut Gempa di Mojokerto karena Sesar Baru

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi deteksi gempa.

Amien Widodo Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menduga gempa Magnitudo (M) 4,6 yang terjadi di Mojokerto adalah akibat sesar baru.

Kata Amien, sesar baru ini sama halnya dengan temuan Sesar Cugenang yang mengakibatkan gempa di Cianjur pada November 2022 silam.

“Mungkin itu sesar baru seperti di Cianjur,” kata Amien kepada suarasurabaya.net, Selasa (20/6/2023).

Namun, Amien juga menduga bahwa gempa di Mojokerto bisa jadi disebabkan oleh keberadaan Sesar Waru. Keberadaan sesar ini memanjang dari Gresik, Surabaya, melewati Mojokerto, Jombang, Nganjuk, hingga Saradan.

Kata Pakar Geologi itu, Sesar Waru ini masih aktif dan mengalami pergerakan setiap tahunnya rata-rata sejauh 0,05 milimeter.

“Bisa juga bagian dari Sesar Waru,” ujarnya.

Meski demikian, Amien menyatakan bahwa dugaan penyebab gempa ini harus dibuktikan lebih dulu dengan penelitian mendalam dengan alat geofisika yang bisa menjangkau kedalaman lebih dari 9 kilometer.

“Keduanya butuh penelitian detail dengan alat alat geofisika agar bisa menjangkau lebih 9 KM,” ucap Amien.

Lebih lanjut, berdasarkan catatan sejarah kegempaan, kata Amien, gempa merusak pernah terjadi di Mojokerto, 1836-1837 silam.

“Jalur Sesar Kendeng pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Mojokerto pada 1836-1837, Madiun 1862-1915 dan Surabaya 1867,” ucapnya.

Sedangkan Sesar, sistem sesar dengan mekanisme pergerakan mendatar mengiri (RMKS) juga pernah menyebabkan gempa yang merusak Rembang-Tuban pada 1836, Sedayu 1902, Lamongan 1939, Sumenep 13 Juni 2018 dan 11 Oktober 2018.

Maka dari itu penelitian tentang kegempaan di suatu kawasan tertentu, kata Amien, harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan tata ruang.

Sebab menurut Amien, gempa bukanlah pembunuh sebenarnya, tapi tata ruang yang buruk adalah pembunuh utama.

“Perlu diketahui banyak pihak bahwa gempa tidak membunuh tapi bangunan bisa, likuifaksi bisa, longsor bisa. Indonesia sudah mengalami gempa berulang ulang yang diikuti kerusakan bangunan baik infrastruktur, gedung maupun bangunan rumah tinggal. Korban manusia tak terhindarkan karena keruntuhan bangunan,” pungkasnya.(wld/dvn/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs