Senin, 25 November 2024

Gangguan Mental pada Ibu Dapat Tingkatkan Potensi Stunting

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Hasto Wardoyo Kepala BKKBN. Foto: Antara

Gangguan mental (emotional disorder) yang dialami oleh ibu hamil dan ibu pasca-persalinan dapat menaikkan potensi bayi yang dilahirkan mengalami stunting.

Hal itu diungkapkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

“Penyebab stunting tidak hanya oleh faktor fisik semata, namun juga karena gangguan mental yang menyebabkan ketidakbahagiaan seorang ibu dalam mengasuh bayinya. Kondisi stress postpartum dan baby blues seorang ibu menyebabkan depresi panjang yang berpengaruh terhadap bayinya,” kata Maria Stefani Ekowati Ketua Komunitas Wanita Indonesia Keren sesuai dilansir dari Antara, Senin (19/6/2023).

Maria menyatakan gangguan kesehatan mental pada orang tua berdampak pada tumbuh kembang anak, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dalam Rapat Pakar Formulasi Model Promosi Nutrisi dan Kesehatan Mental pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan Berbasis Posyandu dan Pendamping Keluarga di Jakarta Timur, Sabtu (17/6/2023),

Berdasarkan sebuah penelitian skala nasional yang ia beberkan, sebanyak 50 hingga 70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala minimal-gejala sedang baby blues. Hal ini merupakan angka tertinggi ketiga di kawasan Asia.

“Penelitian HCC di Pekan ASI se-Dunia tahun 2022 membuktikan enam dari 10 ibu menyusui di Indonesia tidak bahagia. Anak yang terlahir dari ibu dengan stress postpartum, diketahui sebanyak 26 persen mengalami stunting,” ujar Maria.

Ia meneruskan, dari penelitian yang dilakukan oleh Andriati pada 2020, sebanyak 32 persen ibu hamil mengalami depresi dan 27 persen depresi postpartum. Demikian juga penelitian di Lampung, sebanyak 25 persen mengalami gangguan depresi usai melahirkan.

“Itu sebabnya kami meyakini perlu adanya model promosi kesehatan mental di komunitas dan secara strategis model ini diimplementasikan di tingkat Posyandu dan Tim Pendamping Keluarga,” tutur Maria.

Oleh karena itu, Hasto Wardoyo Kepala BKKBN menanggapi bahwa dalam usaha percepatan penurunan stunting, BKKBN memiliki tugas utama untuk mengubah pola perilaku masyarakat. Sebab, hal tersebut merupakan tantangan tersulit yang harus dihadapi pemerintah dalam melindungi anak dari stunting.

Perilaku reproduksi dalam keluarga, menurutnya, masih bisa dibilang minim, karena banyak keluarga yang baru menikah tidak paham pentingnya merencanakan kehamilan atau cara menjaga kesehatan reproduksi.

Salah satunya adalah pentingnya menjaga jarak antar-kelahiran (birth to birth interval) dalam keluarga.

Hal ini bisa membantu ibu beristirahat baik secara fisik maupun mental, serta memaksimalkan pemberian pola asuh yang baik kepada anak-anaknya.

“Saya kira kemampuan keluarga baru untuk hidup berkeluarga yang sehat masih minim dan itu tantangan. Kemampuan mereka masih sebatas mengadakan pesta atau beli make up. Jadi, bukan bagaimana hamil sehat, bukan bagaimana menyiapkan kehamilan yang baik,” jelasnya. (ant/bnt/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
33o
Kurs