Jumat, 22 November 2024

Aruna dan Lidahnya, Paket Komplit yang Menggugah Selera

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Salah satu adegan film Aruna dan Lidahnya. Foto: Palari Films

Aruna dan Lidahnya adalah sebuah sajian yang menggugah selera. Kolaborasi akting para pemain yang apik juga presentasi drama komedi yang diracik dengan menarik.

Persahabatan, cinta, politik, agama, sejarah lokal, dan realita sosial yang bertautan dengan korupsi, kolusi, konspirasi, dan misinformasi seputar politik kesehatan masyarakat, dikemas santai dengan daya tarik kuliner khas nusantara.

Edwin, sutradara Aruna dan Lidahnya, mengatakan, film ini merupakan filmnya yang paling banyak memuat makanan dan dialog.

“Buat saya, manusia yang makan sambil ngobrol itu asik dilihat dan didengar. Obrolan di saat makan sering kali mempengaruhi rasa makanan yang kita makan. Demikian pula sebaliknya, rasa makanan yang kita makan bisa mempengaruhi kualitas obrolan kita di meja makan,” ujarnya setelah pemutaran di CGV Marvel City Surabaya, Minggu (23/9/2018).


Proses syuting film Aruna dan Lidahnya. Foto: Palari Films

Aruna dan Lidahnya berkisah tentang Aruna (Dian Sastrowardoyo) yang ditugaskan bekerja berkeliling ke empat kota Indonesia sambil bertualang kuliner bersama kedua temannya, Bono (Nicholas Saputra) dan Nad (Hannah Al Rashid).

Saat menjalani tugasnya, Aruna bertemu dengan mantan rekan kerja yang pernah ia taksir, Farish (Oka Antara). Keempatnya terlibat dalam perjalanan penuh percakapan yang mengungkapkan kisah kehidupan dan rahasia terpendam.

Dalam pekerjaan investigasinya, Aruna menemukan ketidaksesuaian data yang diberikan suatu lembaga dan temuan lapangan yang menimbulkan kecurigaan. Sementara itu, situasi semakin rumit karena Farish yang kini bekerja di lembaga tersebut kian mendesak Aruna untuk tetap menjalankan prosedur. Aruna pun mengalami konflik internal karena di satu sisi ia memendam kekaguman, sekaligus menyadari bahwa Farish disalahgunakan oleh kepentingan yang tak diketahui keduanya.


Salah satu adegan film Aruna dan Lidahnya. Foto: Palari Films

Mengambil lokasi syuting di Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, Singkawang, dan Jakarta, film ini merekam keragaman kuliner Indonesia yang kaya pilihan.

Berbagai makanan khas daerah tersebut muncul secara menggiurkan. Tidak berlebihan dan dibuat-buat. Baik yang sudah dikenal luas seperti Rawon (Surabaya) dan Nasi Goreng sampai makanan yang hanya dapat ditemui di satu tempat seperti Campur Lorjuk (Pamekasan), Pengkang (Pontianak), dan Choi Pan (Singkawang).

Fim produksi Palari Films ini bisa ditonton mulai tanggal 27 September di bioskop seluruh Indonesia.(iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs