Rully Nova Analis Bank Woori Saudara (BWS) menyatakan penguatan Rupiah terhadap Dollar AS pada penutupan perdagangan, Jumat (16/6/2023) hari ini, dipengaruhi data pengangguran dan data industri AS yang memburuk.
“Penguatan Rupiah terhadap Dollar AS diperkirakan tidak akan bertahan lama dikarenakan index Dollar yang masih tinggi dan tren kenaikan yield obligasi AS,” kata Rully, Jumat, dilansir Antara.
Kalau melihat dari sisi domestik, jelas Rully, pertumbuhan dua digit kredit perbankan dan surplus perdagangan menguatkan Rupiah.
Di sisi lain, Lukman Leong analis pasar mata uang memperkirakan Rupiah berpotensi menguat, terbatas oleh pelemahan Dollar AS pascadata klaim pengangguran dan produksi yang lebih lemah dari perkiraan.
Klaim pengangguran aktual AS yang diekspektasikan sebanyak 249 ribu, rupanya secara aktual 262 ribu
“Namun, ekspektasi suku bunga pasca Federal Open Market Committee (FOMC) masih menekan Rupiah. Paling tidak selama sepekan ke depan dampak dari FOMC masih akan terus ada.” ungkap Lukman, Jumat pagi.
Sementara pada Kamis (15/6/2023), Ariston Tjendra pengamat pasar uang menerangkan Bank Sentral AS telah memberikan sinyal tidak ada pemangkasan suku bunga tahun ini. Target suku bunga acuan yang berada di angka 5,6 persen, dikatakan akan mengalami 1-2 kali kenaikan.
“Itu tidak seperti yang diekspektasikan sebagian pelaku pasar yang mengharapkan sinyal pemangkasan dari The Fed,” kata Aris.
Rupiah mengalami penguatan pada penutupan perdagangan hari sebanyak 0,09 persen atau 14 poin menjadi Rp14.940 per Dollar AS dari sebelumnya Rp14.954 per Dollar AS. Sepanjang Jumat hari ini, Rupiah bergerak dari Rp14.925 per Dollar AS hingga Rp14.951 per Dollar AS.(ant/bil/rid)