Sabtu, 23 November 2024

Suara Surabaya Sebagai Media Problem Solver Berkontribusi Besar Kembangkan Jurnalisme Warga

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Maksum wartawan senior dan mantan redaktur koran Jawa Pos. Foto: dok pribadi Maksum

Maksum mantan redaktur koran Jawa Pos menyebut di usia ke-40 tahun, Suara Surabaya (SS) sebagai media massa punya kontribusi yang sangat besar untuk mengembangkan jurnalisme warga sebagai media problem solver.

“SS bukan hanya media komunikasi dan informasi. Akan (tetapi) juga sebagai media yang langsung terlibat dalam banyak masalah dan bersama-sama warga memecahkan masalah itu,” ujar Maksum saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Minggu (11/6/2023) kemarin.

Dalam keterangannya yang diterima suarasurabaya.net, wartawan senior itu menjelaskan salah satu pilihan orientasi jurnalistik yaitu menjadi community journalism atau jurnalisme warga.

“SS memilih menjadi Radio Komunitas atau community journalism atau  jurnalisme yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan komunitas pendengar siaran. Bukan ekspresi emosional pendengarnya.

Maksum melanjutkan standar teknik jurnalistik SS adalah liputan berbasis pemenuhan kebutuhan informasi instant, untuk berbagi bersama warga komunitas dan sesama komunitas.

Menurutnya, Radio Suara Surabaya juga melahirkan rasa antusiasme dan kebanggaan yang kuat dari para masyarakat, untuk bersama-sama berbagi simpati dan empati memecahkan masalah.

“Dengan demikian, liputan-liputan SS  bukan hanya dari kru wartawannya, melainkan juga yang sangat utama ialah liputan-liputan warga dalam rentang waktu siaran, baik melalui kontak langsung warga tentang peristiwa tertentu yang tengah terjadi maupun melalui WA atau aplikasi SS Mobile langsung dari lokasi peristiwa,” ucapnya.

Dari sisi subtansi jurnalistik, partisipasi langsung pendengar SS mengembangkan apa yang disebut sebagai real magnitute and proximity.

Kebanggaan dan kedekatan warga dinilai melahirkan tanggung jawab bersama juntuk memecahkan masalah yang tengah terjadi atau sedang menimpa sesama warga.

Maksum juga menyebut kecil kemungkinan media lain untuk mengikuti apa yang sudah dilakukan SS dalam community journalism dan berhasil. Kunci keberhasilan itu, kata dia, bergantung pada timing, keterlibatan untuk berbagi, kedekatan, simpati serta empati khalayak.

“Portal dikenal updating dalam hitungan menit dalam suatu momentum peristiwa. Medsos juga demikian, TV meskipun bisa live, tetapi tidak sekuat SS untuk memecahkan masalah bersama saat terjadi kasus tertentu,” lanjutnya.

“Dengarkan saja, jika SS menyiarkan liputan warga tentang musibah, penipuan, kecelakaan, kehilangan mobil, atau tindak pidana pencopetan di tengah jalan. Pada saat yang sama dan bersama-sama warga pendengar SS langsung berbagi informasi untuk memecahkan masalah. Bahkan berbagi pengalaman di saat warga lain mengalami musibah tententu,” imbuhnya.

Pada saat yang sama, kata Maksum, aparat kepolisian juga terus memantau informasi dari warga tersebut. Tidak hanya dari penyiar SS, tetapi dari lalu lintas informasi warga yang tengah berbagi cara pemecahkan masalah di SS.

“Misalnya, mobil yang dilarikan atau dipinjam pihak tertentu dengan niat penipuan sudah ditemukan. Atau pelakunya ditangkap. Atau warga lain melihat atau menemukan mobil yang hilang,” jelasnya.

Untuk itu dari perspektif jurnalisme, lanjutnya, makna paling substansial SS adalah membangun jurnalisme warga berbasis problem solver.

“Selamat HUT ke-40 SS. Jadilah selau terdepan dalam menjadi lokomotif  community journalism and problem solver,” pungkasnya. (bil)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs