Asta Dewanti Mental Health Counselor dan Founder AdaDiKamu menyatakan, penggunaan seni lukis sebagai media psikologi dapat bermanfaat untuk terapi dan refleksi untuk lebih mengenal diri sendiri.
“Sejak tahun 1921, kartu dengan lukisan tinta sudah digunakan untuk mendeteksi gangguan mental. Dengan mengamati lukisan, diri kita akan terkoneksi dengan emosi, memori, serta kebutuhan diri yang sebenarnya,” ucapnya dalam kegiatan Terapi Seni dan Refleksi Diri yang digelar di Suara Surabaya Centre, Minggu (4/6/2023).
Menurutnya proses dari terapi dan refleksi itu dilakukan dengan mengamati lukisan tinta karya Whani Darmawan, seorang aktor dan juga pelukis dari Yogyakarta. Dengan pengamatan tersebut, kemudian dilakukan penuangan emosi, ingatan, serta rasa saat mengamati lukisan selama minimal tiga jam.
Setelah itu, kata Asta, peserta terapi dan refleksi berlatih mindful painting dan diajak melakukan group healing.
“Media lukis tinta ini menarik karena bisa memunculkan pemaknaan yang berbeda pada setiap orang yang melihatnya. Dalam sudut pandang psikologi, ini adalah tanda dari kebutuhan diri yang sedang meminta untuk diperhatikan,” ujarnya.
Upaya terapi dan refleksi itu, selain memiliki kemampuan untuk mengenal kebutuhan diri, juga mendorong kesehatan mental seseorang yang berbasis mindfulness.
“Semoga dengan hadirnya kegiatan terapi seni dan refleksi diri ini bisa membantu masyarakat Surabaya untuk mengenal diri sendiri beserta kebutuhannya yang belum terekspresikan dengan apa adanya,” harap alumnus Universitas Airlangga itu.
Perlu diketahui, terapi seni dan refleksi diri yang digelar di Surabaya itu, bukan yang pertama kalinya. Acara yang sama pernah digelar di Jombang dan juga Yogyakarta. (ris/saf/iss)