Suryani Dyah Astuti peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menyebut penyakit infeksi gigi dan mulut akibat bakteri menduduki peringkat pertama dari sepuluh kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat.
Pengobatan secara sistemik dengan antibiotik, kata Suryani, bisa membunuh bakteri penyebab infeksi dan penyakit gigi dan mulut. Tapi, pemberian obat antibiotik seperti tetrasiklin yang dilakukan dalam jangka waktu panjang, dapat menjadi resisten.
Oleh karena itu, Suryani bersama Ernie Maduratna Setiawatie dan Deny Arifianto yang juga dosen peneliti Unair menciptakan produk bernama Dento-ßilaser.
Alat itu merupakan hasil perpaduan Dentolaser Antimikroba dan Dentolaser Fotobiomodulasi yang digunakan untuk akselerator penyembuhan penyakit gigi dan mulut.
“Produk dengan inovasi dual laser probe ini penting dan diperlukan, karena komplemen dua laser dapat digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi bakteri, luka dan mempercepat proses penyembuhan,” ujar Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair itu dalam keterangan yang diterima, Minggu (4/6/2023).
Dia menjelaskan, Dento-ßilaser merupakan produk baru berbasis fotonik non-invasif berbahan baku lokal, dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 70 persen.
“Dengan biaya operasional yang lebih murah, biaya pengobatan melalui produk tersebut pun akan lebih terjangkau,” ucapnya.
Produk yang dapat membantu menyembuhkan beberapa penyakit gigi dan mulut itu, kata Suryani, seperti periodontitis, karies gigi, hingga infeksi saluran akar atau endodontis.
Selain itu, manfaat lainnya juga dapat mempercepat penyembuhan pasca ekstraksi gigi dan operasi, terapi akupunktur, hingga menyembuhkan infeksi pada kulit.
“Dentolaser FBM ini dapat dimanfaatkan dan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi alat kesehatan yang diproduksi secara massal untuk membantu mempercepat penyembuhan penyakit usai ekstraksi gigi, operasi periodontal juga terapi akupunktur dan fisioterapi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan produk tersebut juga memiliki keunggulan tersendiri, yakni sederhana dalam pemakaian, portable dan non-invasif. Juga, mampu mempercepat proses penyembuhan luka, hingga laser dalam produk yang telah diatur dengan baik. Sehingga, tidak menyebabkan rasa sakit bagi pasien.
“Produk ini diperlukan karena belum optimalnya metode sistemik dengan antibiotik dan bahan kimia antimikroba untuk terapi infeksi oleh mikroba,” ucapnya.
Dengan adanya produk itu, Suryani berharap bisa membantu dan menjadi solusi masyarakat dalam mengatasi permasalahan penyakit gigi dan mulut.
“Semoga produk dentolaser dan pengembangannya dapat bermanfaat bagi masyarakat, dokter gigi di Indonesia semoga berkenan menggunakan produk alat dalam negeri yang berdasarkan hasil uji klinik menunjukkan efikasi yang baik,” pungkasnya. (ris/bil/rid)