Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, mulai mengoperasikan dua apron baru setelah menjalani verifikasi dari Kementerian Perhubungan untuk mengakomodasi lalu lintas penerbangan menjelang pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Oktober 2018.
“Setelah dievaluasi tahap akhir maka apron sudah layak digunakan,” kata Sigit Herdiyanto Co-General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Kamis (27/9/2018).
Menurut dia, verifikasi dan evaluasi final tersebut meliputi proses verifikasi di apron barat dan apron timur dengan pengukuran kekuatan apron.
Petugas verifikasi itu berasal dari sejumlah tim dari beberapa instansi yakni Inspektorat Navigasi Penerbangan, Subdirektorat Standardisasi Bandar Udara, Subdirektorat Peralatan dan Utilitas Bandar Udara serta perwakilan dari Direktorat Keamanan Penerbangan.
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-2622 rute Pudong Shanghai- Denpasar menjadi maskapai pertama yang menggunakan apron barat Bandara I Gusti Ngurah Rai, Rabu (26/9/2018).
Pesawat itu berhenti parkir pada lajur nomor 57 sekitar pukul 09.20 Wita dengan membawa 98 penumpang.
Sedangkan di apron timur seluas 4,1 hektare itu, pesawat Garuda Indonesia perdana parkir pada lajur nomor 61 pukul 11.41 Wita.
Maskapai nasional dengan nomor penerbangan GA-727 rute Perth-Denpasar itu membawa penumpang 160 orang.
Untuk jangka pendek yakni memenuhi kebutuhan pertemuan IMF dan Bank Dunia, apron barat dikerjakan dengan cara mengurug lahan perairan seluas 8 hektare karena terbatasnya lahan.
Sedangkan untuk jangka panjang, pengelola bandara itu juga tengah mengurug lahan perairan apron barat seluas 35,75 hektare.
Perluasan dua apron tersebut membuat konsekuensi di antaranya pemindahan gedung VVIP di sebelah barat ke sebelah timur, pemidahan gedung Base Ops Pangkalan Udara Ngurah Rai dan pengelolaan limbah. (ant/dwi/ipg)