Sabtu, 23 November 2024

Angka Kematian Ibu di Jawa Timur Mencapai 499 Kasus

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Pixabay

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat angka kematian ibu (AKI) mencapai 499 kasus pada tahun 2022. Angka tersebut menurun cukup signifikan dibanding tahun 2021 sebelumnya yang mencapai 1.279 kasus.

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim mengatakan, Pemprov telah berhasil menekan angka kematian terendah sepanjang tujuh tahun terakhir.

Perlu diketahui pada tahun 2016 jumlah kematian ibu di Jatim mencapai angka 534 kasus. Tahun 2017 turun menjadi 529 kasus. Kemudian di tahun 2018 kembali turun menjadi 522 kasus.

Begitu pula di tahun 2019 berhasil turun menjadi 520 kasus. Sedangkan di tahun 2020, jumlah kematian ibu tercatat sebanyak 565 kasus. Di tahun 2021 lalu sebanyak 1.279 kasus.

“Seluruh upaya yang memungkinkan peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi Ibu hamil akan kami prioritaskan. Karena sekali lagi, preeklamsia adalah permasalahan yang harus segera dituntaskan,” kata Khofifah, Senin (22/5/2023).

Perlu diketahui, preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Kondisi ini biasanya terjadi ketika usia kehamilan mencapai 20 minggu.

Oleh karena itu, dalam peringatan Hari Preeklamsia Sedunia ini, Khofifah mengajak kepada setiap ibu hamil untuk waspada dan menjaga kesehatan tubuh agar tidak terjadi preeklamsia dan komplikasi.

Caranya dengan rajin melakukan screening. Khofifah menegaskan bahwa pemeriksaan dan screning wajib dilakukan terutama bagi ibu hamil risiko tinggi.

“Ibu hamil harus rajin dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala pada bidan maupun puskesmas terdekat. Sebab dengan pemeriksaan rutin, maka potensi bahaya preeklamsia bisa dihindari,” katanya.

Selain itu Khofifah menyebut bahwa kematian ibu masih menjadi masalah di beberapa daerah di Jatim. Dalam upaya penyelesaian AKI khususnya karena faktor preeklamsia bisa diselesaikan dengan meningkatkan mutu layanan, meningkatkan kolaborasi antar puskesmas, RS, Dinkes, perawat dan Obgyn.

“Jadi kemudahan akses layanan kesehatan ini harus lebih mudah. Rujukan selama ini ibu hamil kesulitan bagaimana mencari tempat RS, dengan ini RS lebih cepat, respon lebih cepat, pelayanan lebih baik agar ibu tertolong,” jelasnya.

Sementara itu dokter Erwin Astha Kepala Dinas Kesehatan Jatim berkomitmen untuk terus melakukan langkah-langkah percepatan dalam penurunan AKI di Jawa Timur.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kunjungan layanan pemeriksaan kehamilan dari empat kali menjadi enam kali. Di mana pada trimester 1 dan 3 dokter berperan aktif dalam pemeriksaan kehamilan dengan pemeriksaan USG terbatas.

“Serta melakukan skrining pre eklamsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu,” jelas Erwin.

Selain itu juga meningkatkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir dengan kunjungan neonatus, sistem rujukan, serta melakukan pendampingan ke RSUD kabupaten atau kota lokus AKI-AKB dari RS rujukan Pemprov Jatim.

“Kami juga melakukan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung program kesehatan ibu dan anak melalui gerakan ibu hamil sehat, kelas ibu hamil, kelas ibu balita, posyandu, pemanfaatan buku KIA dan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) serta didukung oleh TP PKK/ organisasi kemasyarakatan,” pungkas Erwin.(wld/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs