Sabtu, 23 November 2024

Warga Bertahan di Bandara Pascagempa di Palu

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Sejumlah kerusakan akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9/2018). Foto: Antara

Pasca gempa bumi yang menimpa Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018), warga Palu masih mengalami trauma dan ketakutan. Bahkan banyak dari korban selamat yang mengungsi di Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie setelah adanya peringatan tsunami.

“Banyak orang di sini (bandara, red). Banyak keluarga yang sudah bawa dokumen-dokumen, makanan, dan lain-lain. Nah tim Sar itu keliling, katanya ada isu tsunami, jadi orang harus naik ke dataran yang lebih tinggi jadi banyak yang ke sini juga,” kata Sinatria Akbar warga Palu kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (29/9/2018).

Sinatria Akbar adalah satu dari sekian banyak warga Palu yang sekarang masih berada di Bandara untuk menunggu bantuan. Ia mengungkapkan, suasana di Palu masih diselimuti ketakutan. Terlebih masih banyaknya anggota keluarga yang belum ditemukan.

“Keluarga saya dari ipar (belum ditemukan, red), katanya tertimbun satu keluarga, dan memang di sana perumahan nasional yang daerahnya (datarannya, red) sudah jatuh ke bawah, runtuh. Ada juga kebakaran, karena elpiji lupa tidak dimatikan soalnya orang-orang berlarian keluar,” kata Sinatria saat mengambarkan bagaimana kacaunya situasi di Palu pascagempa.

Meski bantuan kesehatan telah datang, namun menurutnya warga masih membutuhkan lebih banyak tenaga kesehatan dan obat-obatan. Apalagi masih banyak korban luka yang belum tertangani karena minimnya perlengkapan dan tenaga medis.

“Ada ambulan satu, cuma alat medisnya tidak lengkap. Ini teman saya kakinya terjepit aspal juga belum diperban. Ada yang mengeluh keseleo juga,” paparnya.

Untuk kebutuhan sanitasi, lanjut Sinatria, masih bisa digunakan meskipun para warga sadar untuk menghemat air.

Sedangkan untuk bahan makanan, warga mengaku sulit mendapat stok makanan. Beberapa dari mereka mengisi perut dengan makanan seadanya seperti ketela. Ini dikarenakan lumpuhnya aktifitas di Kota Palu.

“Aktivitas lumpuh total. Orang mau jualan bensin buat ngisi gedset aja sudah tidak berani karena tahu ada tsunami. Nyalain lampu aja sudah syukur,” ujar Sinatria.

Hingga saat ini, kondisi korban gempa yang selamat masih berada di dataran tinggi untuk menunggu bantuan. Sedangkan rute distribusi bantuan juga terhambat karena banyaknya jalan dan jembatan yang terputus. Begitu juga dengan jalur udara yang masih mencari rute distribusi yang tepat.

“Towernya ini roboh. Daritadi ada pesawat diatas, cuma tidak turun-turun, berputar saja, mungkin karena towernya ini roboh. Itu (pesawat, red) kan dari Makassar, susah memang rutenya kalau lewat udara. Ini warga duduk aja menunggu bantuan,” tambahnya.

Daerah yang mengalami dampak terparah karena gempa bumi yakni di wilayah pantai selatan Palu, Jalan Diponegoro, Grand Mall dan jalan KH Wahid Hasyim.

Hingga pagi ini, gempa susulan masih terus terjadi. Meskipun tidak besar, namun gempa susulan sangat terasa dan membuat warga tidak berani melakukan aktifitas apapun.

“Sampai sekarang masih ada gempa susulan. Ini (Radio Suara Surabaya, red) telpon, sudah dua kali gempa kecil. Kalau di perumahan sana, itu plafon-plafon sudah jatuh. Tidak aman rasanya,” tutup Sinatria.(tin/bid)

Berita Terkait

TERKINI POPULER TERPILIH
Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs