Jumat, 22 November 2024

Rumah Sakit Terapung Unair Mulai Berangkat ke Nusa Tenggara untuk Skrining Penyakit Warga

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Belasan tim dokter RSTKA yang akan berangkat ke NTT dan NTB, Rabu (10/5/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Tim Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) mulai berangkat ke Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), untuk mengabdi mendeteksi dini beragam penyakit mulai jantung bawaan hingga stunting masyarakat pedalaman.

Prof. Budi Santoso Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) menyebut, pemberangkatan perdana 2023 atau tahun ke-6 RSTKA berdiri ini, melibatkan tidak hanya mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tingkat akhir Unair, tapi juga dokter umum, dokter spesialis dari universitas lain.

“Tentu semangatnya, bukan menyelesaikan seluruh masalah, tapi kita memberi contoh model institusi lain atau daerah-daerah lain agar bisa mencontoh. Kali ini dokter baru lulus fresh graduate angkatan 2014-2015 ada dari FK Unair dua orang. Sisanya dari lulusan metodis Medan, Bandung, Unisma, UNS, kita memang open recruitment,” terang Prof. Bua sapaan akrabnya, Rabu (10/5/2023).

Lebih jelas, dr. Agus Harianto Direktur RSTKA merinci, total ada 14 dokter yang diberangkatkan untuk Kabupaten Nagekeo NTT per hari ini.

“Tim kali ini tujuh dokter umum, PPDS menjelang lulus enam orang, dokter spesialis THT satu orang untuk Nagekeo. Kabupaten lain tergantung,” ujarnya.

Dokter Agus Harianto Direktur RSTKA melepas tim berangkat ke NTT dan NTB, Rabu (10/5/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Fokus penyakit yang akan dideteksi dini atau skrinning adalah penyakit jantung bawaan (PJB) yang dinilai penting, karena berdasarkan data jumlahnya tujuh hingga sembilan persen dari angka kelahiran hidup setiap tahun.

“Tinggi sekali lho itu. Tapi, berapa persen anak-anak pulau yang dapat pelayanan. Melihat kenyataan, operasi canggih dilakukan di RSUD Dr. Soetomo, tapi apakah masyarakat kepulauan bisa menikmatinya. Maka misi kita operasi yang dilakukan di RS Soetomo harus juga bisa dinikmati oleh orang luar pulau. Karena, setiap orang pulau berharga,” beber Agus.

Selain PJB, penanganan stunting juga dilakukan mengingat di NTT dan NTB masih tinggi. “Sementara Joko Widodo Presiden RI menetapkan target harus dibawah 14 persen, sekarang masih 21 persen (se-Indonesia),” terangnya lagi.

Selanjutnya adalah penanganan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. “Mulai mendeteksi dini ibu hami yang berisiko tinggi kemudian nanti ada penanganan seperti rumah singgah seperti itu. Selain itu penanganan SC emergency di RSUD Dr. Soetomo juga bisa dilakukan di rumah sakit-rumah sakit yang kita kunjungi,” jelasnya.

Usai skrinning itu, pasien yang membutuhkan rujukan akan dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebelum program ini tuntas 6 Desember 2023 mendatang.

“Kita minta mereka (rumah sakit yang dikunjungi) menyiapkan pasiennya yang dicurigai (bergejala),” tandasnya. (lta/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs