Eri Cahyadi Wali Kota secara khusus mengajak dua warga Surabaya yang kampung/tempat tinggalnya jadi langganan banjir, saat acara Program Semanggi Suroboyo sekaligus Halal Bihalal bersama Suara Surabaya Media, Jumat (5/5/2023).
Dua warga tersebut yakni Mukri (52 tahun) Ketua RT 3 Rw Pradah Permai, serta Nathan Indra Setiawan (18 tahun) remaja asal Dukuh Kupang Gang Lebar yang, pada Jumat (28/4/2023) pekan lalu, fotonya terendam banjirnya viral di lini massa.
Adapun Nathan dalam kesempatan itu, menceritakan kalau wilayahnya memang hampir dan selalu terendam banjir tiap ada hujan deras. Bahkan dalam foto dirinya yang viral, hampir seluruh bagian tubuh Nathan terendam banjir hingga menyisakan kepala dan leher.
Menurutnya, ada sekitar 10 keluarga termasuk dirinya yang tinggal di lokasi foto tersebut diambil. Dia mengaku sebelum terfoto, bersama warga lain tengah membantu memindahkan motor ke tempat lebih tinggi sembari membersihkan sampah.
“Waktu saya ambil sampah, saya disuruh foto (untuk laporan). Saya sebenarnya malu. Tapi itu memang real (ketinggian sampai leher), seperti itu memang kondisinya,” ungkapnya saat mengudara bersama Wali Kota di program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (5/5/2023).
Dia berharap pemerintah kota (Pemkot) segera menindak lanjuti agar fenomena tersebut tidak terulang terus menerus. Dia mengungkapkan, selama ini belum pernah ada penanganan apapun dari pihak Pemkot Surabaya.
“Supaya bisa cepet ditangani saja lah pak (Wali Kota), karena (langganan) banjirnya sudah lama,” ucapnya kepada Eri Cahyadi.
Ikut menambahkan, Mukri Ketua RT 3 Rw Pradah Permai juga mengungkapkan kalau di wilayahnya banjir sudah jadi langganan sejak tahun 80-an. Dia menyebut setiap hujan deras, banjir kurang lebih selalu mencapai ketinggian satu meter dan mengakibatkan banyak perabotan warga rusak.
“Banjir selalu lima gang. Rumah saya yang dari jalan jaraknya satu meter pun juga selalu kemasukan (air banjir). Padahal sudah saya kasih badugan (penghalang), tapi air tetap masuk. Akhirnya saya dan warga memfotokan dan menyampaikan seluruh kondisi itu (banjir) ke grup Forkom (Forum Komunikasi),” ucapnya.
Dia menjelaskan, banjir mulai parah-parahnya saat memasuki tahun 1990an akibat sungai di lingkungan tersebut yang dangkal. Sebelum ada Forkom, Mukri menegaskan sudah berkali-kali melaporkan kondisi tersebut ke kelurahan, tapi tak pernah ada hasil.
“Sebelumnya mohon maaf pak (Wali Kota), mental (tanpa hasil) terus tiap saya lapor. Petugas datang foto-foto terus tiga kali tidak ada hasil,” sampainya kepada Eri.
Setelah mendengar aspirasi tersebut, Wali Kota turut memberikan apresiasi kepada dua warganya. Dia mengeklaim meski beberapa wilayah langganan banjir sudah teratasi, namun tak menampik masih ada titik-titik yang belum tertangani.
“Jadi saya ingin memberi apresiasi. karena yang saya tahu ketika menjabat (wali kota) banyak wilayah seperti Margorejo, Pangalila, Ketintang, Ahmad Yani, Panglima Sudirman dan jalan-jalan lain banyak yang sudah tidak banjir, itu karena saya kelihatan mata dan langsung diperbaiki. Tapi kalau di perkampungan, saya bahkan (jaman) bu Risma juga tidak pernah tahu. Untung ada mas Nathan dan Pak Mukri, oh ternyata kampung Surabaya (masih) banyak yang banjir,” ucapnya.
Wali Kota juga menjelaskan, kalau beberapa waktu ini telah membentuk grup Forkom yang berisikan seluruh perangkat, mulai tingkat kecamatan hingga RT/RW.
Hasilnya, Eri mengaku banyak dapat informasi baru soal kondisi real di lapangan. Untuk itu, kedepan warga diajaknya untuk berani menyampaikan seluruh aspirasinya.
“Di situ orang tidak pernah tahu bahwa saya selalu memantau, meski jarang (ikut) komentar. Tapi ketika ada kejadian, langsung saya ambil (tindakan) dan minta kerjakan teman-teman (pemkot),” paparnya.
Sementara soal banjir di Pradah Permai yang sudah bertahun-tahun, Eri menyebut bisa jadi karena saluran air/sungai tertutup oleh pembangunan warga. Dia menyayangkan perangkat kelurahan yang dinilai kurang memperhatikan pembangunan warga tersebut.
“Tapi sebenarnya ketika warga membangun, ada pengawasan dari pemerintah. Seharusnya lurah adalah penguasa wilayah. Penguasa wilayah terbaik itu singanya, dan mereka adalah pak RT/RW-nya, onok wong mbangun (ada orang ndirikan bangunan) itu dicek, kalau tidak sesuai drainase-nya dikoordinasikan,” ucapnya.
Wali Kota juga meminta maaf kalau selama ini banyak dikeluhkan tidak pernah lagi terlihat di lapangan, saat ada peristiwa seperti banjir. Dia menegaskan selama ini tetap turun ke lokasi kejadian dan tetap berkomunikasi ke kanal pengaduan.
“Seperti banjir jebol kemarin, saya turun sebenarnya. Tapi tidak saya foto/dokumentasikan, itu pencitraan namanya. Yang penting itu ketika ada banjir, kita cek (ke lapangan diam-diam) dan perbaiki, makanya kita buka kanal (pengaduan),” tuturnya.
Terakhir, Eri memastikan akan memfokuskan sebagian angaran tahun 2023 ini untuk menyelesaikan permasalahan di tingkat kampung, baik untuk penerangan maupun banjir.
“Alhamdulillah saya kemarin sudah menyampaikan ke DPRD untuk PAK (Perubahan Anggaran Keuangan) dan sudah disetujui, karena ini kepentingan umat. Sekali lagi ini karena dari grup Forkom,” pungkasnya. (bil/ipg)