Edukasi berkelanjutan menjadi kunci pengurangan sampah plastik di Kota Surabaya. Ini dikatakan oleh Satuman Aktivis Lingkungan Tunas Hijau ketika ditemui di acara Bersih-Bersih Pantai Suramadu Surabaya, Minggu (30/9/2018) pagi.
Ia menyebut, edukasi harus terus digencarkan untuk membangun kesadaran bahwa sampah plastik berbahaya bagi lingkungan. Sejalan dengan hal itu, Tunas Muda dan Pemkot Surabaya berusaha untuk melakukan edukasi secara kontinyu dalam program Surabaya Eco School.
Acara yang digelar untuk siswa SD dan SMP ini, bertujuan untuk memberikan kesadaran pada anak-anak sejak dini agar memahami bahaya sampah plastik.
“Ketika mereka besar, bukan hanya tidak membuang sampah sembarangan, tapi juga mengurangi sampah plastik,” katanya.
Selain itu, edukasi langsung ke masyarakat perlu untuk dilakukan. Ia mengatakan, edukasi ke masyarakat harus rutin digelar. Pasalnya, meski beberapa warga Surabaya sudah melihat bahwa sampah memiliki nilai jual, namun banyak masyarakat lain yang tidak sadar karena belum teredukasi.
“Jadi sistemnya kita mencari tempat yang kesadaran sampahnya masih minim. Dari situ, kita sadarkan,” ujar Satuman.
Terkait pengurangan sampah plastik, ia juga mengapresiasi arahan Tri Rismaharini Walikota Surabaya yang mengharuskan setiap pegawai di sekolah dan jajaran dinas agar membawa tumbler setiap hari ke kantor.
“Jadi tidak dari air botol kemasan, sehingga mengurangi sampah plastik,” katanya.
Diakhir, dia berharap Surabaya bisa menjadi salah satu kota yang menjadi tolak ukur untuk pengurangan sampah plastik.
“Kuncinya adalah edukasi. Jangan bosan-bosan untuk mengingatkan,” pungkasnya. (bas/dwi)