Pascabencana gempa bumi disertai tsunami yang menimpa daerah Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018), bantuan sudah mulai berdatangan serta jaringan komunikasi kembali stabil. Meskipun begitu, kondisi listrik dan bahan bakar masih sulit didapatkan.
“Yang kembali normal akses komunikasi, ini Telkomsel bagus. (Tadi, red) pas ditelpon Mas Isa (Radio Suara Surabaya, red) masih belum bagus. Tapi listrik ini belum jalan, bahan bakar sulit didapat. Masyarakat sampai mengambil langsung dari SPBU yang masih terkunci di tangki-tangki dibawah tanah,” kata Rolex Malaha Kabiro Antara Kota Palu kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (30/9/2018).
Namun Rolex juga menyampaikan bahwa bantuan makanan sudah terdistribusikan siang tadi. Puluhan ribu dus makanan siap saji dari Surabaya misalnya, telah terdistribusi di banyak titik posko pengungsian yang ada di Kota Palu.
“Sejak siang tadi ribuan dus dari Surabaya sudah didistribusikan ke titik-titik pengungsian. Saat ini sudah ada 45 ribu pengungsi yang tercatat di posko yang tersebar di lebih 100 titik pengungsian,” katanya.
Namun ia mengakui bahwa distribusi bantuan masih belum sepenuhnya merata. Keterbatasan penyaluran distribusi diakuinya akibat kondisi bandara Mutiara SIS Al-Jufrie yang belum bisa didarati pesawat-pesawat besar. Ditambah lagi, grafic control yang roboh membuat tidak adanya ruang pengendali penerbangan.
“Sampai saat ini, penerbangan terbatas pada pesawat-pesawat militer, dan pesawat logistik. Ada juga pesawat komersil namun kecil yang antar kabupaten,” tambahnya.
Pesawat militer yang sekarang ada di Palu pun lebih banyak melayani korban yang memerlukan pengobatan diluar kota Palu. Selain itu juga mengantar warga luar Kota Palu yang saat kejadian gempa bumi datang namun tidak bisa kembali pulang.
Mengenai isu penjarahan di SPBU yang sempat ramai diberitakan, Rolex mengatakan bahwa menurut aparat yang bertugas, hal itu tidak dibenarkan. Namun jika memang warga benar-benar membutuhkan, maka warga harus ditemani petugas dalam mengambil barang-barang kebutuhan. Begitu juga dengan bahan bakar yang tidak lepas dari aksi penjarahan.
“Jadi memang banyak toko yang ditangi oleh warga beramai-ramai seperti SPBU dan toko-toko untuk mencari bahan makanan. Tapi tadi sudah ditegaskan, itu (penjarahan, red) tidak dibenarkan. Tapi kalau warga memang membutuhkan, harus ada pendampingan dari petugas. SPBU tidak bisa melayani secara normal karena instalasinya rusak. Saya saksikan sendiri ratusan warga mendatangi untuk mengambil sendiri (bahan bakar, red) dan membagikan ke warga yang lain. Makanya harus minta pendampingan dari aparat,” imbuhnya.
Untuk saat ini, pengendali utama atas penangan bencana ini adalah Longki Djanggola Gubernur Sulawesi Tengah. Menurut keterangan dari Rolex setelah mewawancarai Wiranto Menko Polhukam, pemerintah pusat berperan sebagai pendamping atau penopang. Untuk itu, pemerintah provinsi Sulteng membentuk satgas khusus penangan bencana gempa dan tsunami yang menimpa Donggala dan Palu.
“Untuk itu, tadi malam beliau (Longki Djanggola Gubernur Sulteng, red) membentuk satgas khusus penanganan bencana yang dipimpin komandan korem. Mulai hari ini posko itu ada di halaman korem ini, semua pengendalian pelayanan dan bantuan dari sini,” ujarnya.(tin/iss)