Sabtu, 23 November 2024

Profesor ITS Kembangkan Sistem Stereotaktik untuk Dukung Bedah Saraf Otak

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Riyanarto Sarno Guru Besar Departemen Teknik Informatika ITS, salah satu peneliti yang mengembangkan inovasi sistem stereotaktik. Foto: ITS

Prof. Riyanarto Sarno Guru Besar Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil mengembangkan inovasi alat kesehatan yang disertai dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mendukung operasi bedah otak berupa sistem stereotaktik.

Ia mengatakan, sistem stereotaktik hasil inovasinya tersebut terdiri dari dua bagian besar berupa perangkat keras bernama BrainRY dan perangkat lunak bernama BrainNAV, yang merupakan hasil desain bersama dr. Achmad Fahmi, dokter spesialis bedah saraf di RSUD Dr. Soetomo.

“Fahmi memberikan masukkan seputar desain, kebutuhan alat, dan pengembangan berdasarkan pengalamannya sebagai pengguna,” ucap Riyanarto dalam keterangannya, Minggu (30/4/2023).

Dia menjelaskan cara kerja BrainRY yakni dengan memasang bagian localizer pada tengkorak kepala pasien saat melakukan Computed Tomography (CT) Scan, dan hasilnya digabungkan dengan citra otak pasien dari hasil pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Magnetic Resonance Angiography (MRA).

Kemudian, co-register atau proses penggabungan ketiga citra tersebut dilakukan menggunakan perangkat lunak BrainNAV yang menerapkan teknologi AI.

“Penyatuan beberapa citra hasil pemindaian ini akan memberikan gambar struktur otak dan pembuluh darah yang lebih komprehensif, sehingga memudahkan dokter dalam memvisualisasikan kepala pasien sebelum melakukan operasi,” ucapnya.

Lebih lanjut pada pelaksanaan operasi otak, ia menjelaskan BrainNAV memungkinkan dokter menentukan lokasi target yang ingin dioperasi dengan penandaan koordinat titik.

Kemudian, perangkat keras BrainRY dapat menyesuaikan posisi jarum operasi dengan mengarahkan pada target anatomi otak secara akurat dan presisi dengan tingkat kesalahan maksimum sebesar 0,9 mm.

Produk BrainRY dan BrainNAV yang dikembangkan tim peneliti ITS. Foto: ITS

“Pembuatan prototipe alat ini juga menggandeng ZENMED+ sebagai salah satu produsen alat kesehatan di Indonesia. Sedangkan BrainNAV merupakan hasil kerja sama dari tim yang terdiri dari dosen, mahasiswa S1, S2 dan S3 di ITS. Dua dosen Departemen Teknik Informatika ITS yakni Chastine Fatichah dan Kelly Rossa Sungkono turut menjadi sosok di balik suksesnya penelitian ini,” ucapnya.

Soal kelebihan utama dari BrainNAV, kata dia, yakni kemampuan untuk menyesuaikan tingkat kecerahan gambar dan pemodelan 3D untuk memberikan gambaran struktur otak dari berbagai sisi, serta memiliki 20 kali pembesaran citra untuk memberikan tindakan yang lebih presisi.

Selain itu, juga memungkinkan proses ekspor gabungan hasil pemindaian dalam bentuk Digital Imaging and Communications in Medicine (DICOM), bisa membaca citra DICOM beberapa pasien secara bersamaan dalam satu perangkat, dan bisa menentukan beberapa bagian otak seperti Anterior Commissure (AC), Posterior Commissure (PC) dan Ventral Intermediate Nucleus (VIM) dari thalamus secara otomatis.

Ia berharap, inovasi yang sedang dalam tahap uji in vitro itu dapat memberikan dukungan bagi kebutuhan bedah saraf otak di Indonesia dan dapat mendorong para peneliti lain untuk memajukan industri peralatan medis dalam negeri.

“Dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi, tentu harga dari alat ini akan lebih terjangkau ketimbang alat stereotaktik impor. Semoga riset ini dapat membawa kebermanfaatan bagi banyak orang sekaligus menjadi inisiator dari kemajuan industri medis di Indonesia,” pungkasnya. (ris/bil/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs