Sabtu, 23 November 2024

Ekonomi Digital di Jatim Berpeluang Tumbuh 8-10 Persen

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Grafis suarasurabaya.net

Laju ekonomi digital diramalkan oleh banyak pakar akan berkembang lebih pesat di tahun-tahun mendatang. Sebab, model ekonomi yang mulai dikenal di Indonesia pada tahun 2010 ini, sekarang bukan lagi teknik baru. Sehingga, banyak orang mulai melihat peluang ini dan mulai membangun platform ekonomi digital.

Gigih Prihantono Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengatakan, secara nasional kekuatan ekonomi digital yang menonjol saat ini bisa dibagi menjadi dua kriteria yakni e-commerce dan aplikasi transportasi dalam jaringan (daring).

Nilai ekonomi yang berputar baik di e-commerce maupun aplikasi transportasi daring ini cukup menggiurkan, bisa tembus Rp42 triliun pertahunnya. Sebagai asumsi, kata Gigih, nilai transaksi di salah satu aplikator transportasi daring saja bisa tembus Rp8,2 triliun per tahun. Bila diasumsikan sama dirata-rata dua aplikator transportasi berkontribusi Rp16,4 triliun.

“Nilai transaksi itu masih seputar fee jasa antar transportasi, belum yang lainnya yang ada di dalam fitur aplikasi itu,” katanya kepada suarasurabaya.net, Selasa (2/10/2018).

Gigih mengatakan, juga pernah melakukan riset ke salah satu e-commerce yang kemudian dia temukan rata-rata nilai transaksinya Rp25 miliar perhari. “Kalau bisa dirata-ratakan dalam 10 hari sudah Rp250 Miliar dan kalau setahun Rp2,5 triliun, itu untuk satu e-commers,” katanya.

Sementara itu, dalam pertemuan Indonesia Knowledge Forum 2018 di Jakarta, Anton Hermanto Gunawan Chief Economist PT Bank Mandiri, dalam Indonesia Knowledge Forum pekan lalu menyebut bahwa e-commerce di Indonesia akan tumbuh 133, 5% menjadi USD 16,5 miliar dolar atau sekitar Rp219 triliun di tahun 2022.

Pertumbuhan ini ditopang kemajuan pesat teknologi yang memberikan kemudahan berbelanja bagi konsumen. Belanja online dinilai telah menjadi aktivitas menyenangkan bagi konsumen karena menyediakan pengalaman baru dalam berbelanja.

Lalu, seberapa besar kontribusi ekonomi digital di Jawa Timur? Menurut Gigih, pertumbuhannya cukup menjanjikan sekitar 8 sampai 10 persen pertahun mulai tahun 2017 lalu.

Bila diasumsikan, di Jatim ada sekitar 30.000 UMKM yang melayani pesan antar makanan. Ambil saja perhari hanya laku 1x Rp50 ribu. Maka, satu tahun omset UMKM untuk transportasi online pesan antar makanan di Jatim saja, bisa mencapai Rp547,5 miliar (Rp50 ribu x 365 harix 30 ribu UMKM).

“Itu kalau satu hari cuma laku 1 kali. Kalu lakunya empat kali maka nilai tersebut bisa mencapai Rp2 triliun,” kata Gigih.

Menurut Gigih, masih butuh daya gedor dari pengambil kebijakan yang benar-benar mengerti tentang ekonomi digital agar potensi ini terus tumbuh. pemerintah harus memahami kalau ekonomi digital itu tidak sekadar dalam pengertian daring (dalam jaringan) atau online saja.

Namun, kata Gigih, sebenarnya hampir sama dengan manufaktur. Ekonomi digital ada e-commerce (yang sifatnya mempertemukan penjual-pembeli), lalu ada aplikasi transportasi daring, yang di dalamnya juga ada nilai investasi, dan bisa melibatkan UMKM.

“Ini yang harus dipahami oleh pengambil kebijakan. Anak-anak muda diajak ngobrol, karena selama ini belum jalan karena pemerintah belum sepenuhnya faham,” katanya.

Menurut Gigih, transaksi ekonomi digital yang tidak kecil itu mestinya terus meningkat sekarang ini. Kontribusinya harusnya lebih besar lagi. Tentunya, butuh dukungan penuh dari para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah pusat maupun daerah. Jika pemerintah ingin fokus menjadikan ekonomi digital sebagai leading sector, maka perlu membuat grand strategy sebelum trend dunia berubah.

“Sekarang pilihan ada di pengambil kebijakan, apakah ekonomi digital akan dijadikan leading sector atau support sector saja untuk memajukan sektor lain seperti manufaktur, pertanian, dan sebagainya,” katanya. (bid/edy)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs