Sesuai keputusan Muhammadiyah, 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh hari ini, Jumat (21/4/2023). Satu di antara tempat yang digunakan untuk Salat Id adalah di halaman Gedung Dakwah Muhammadiyah atau Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, jalan Menteng Raya 62, Jakarta Pusat.
Ribuan Jemaah secara bergelombang mulai datang di gedung PP Muhammadiyah sekitar pukul 06.00 WIB. Di halaman gedung itu, panitia dari Takmir Masjid At Tanwir Muhammadiyah telah menyiapkan tempat dengan menggelar karpet untuk salat.
Ternyata, halaman gedung tidak cukup untuk menampung jemaah yang terus berdatangan sampai menjelang Salat Id dimulai.
Akhirnya, panitia bekerja sama dengan aparat kepolisian setempat memutuskan menutup setengah dari jalan di depan gedung untuk digunakan sebagai tempat salat.
Setelah jemaah siap, Salat Idulfitri dimulai pukul 06.40 WIB. Muhammad Choirin bertindak sebagai Imam dan Khotib.
Usai memimpin salat, Muhammad Choirin kemudian melanjutkan dengan khotbah Idulfitri bertema membangun Islam Berkemajuan.
“Sesungguhnya masyarakat Islam yang berkemajuan, bukanlah masyarakat yang pemalas, bukan masyarakat yang terlena dengan kehidupannya, tetapi masyarakat yang hadir untuk memastikan potensi yang ia miliki, yaitu masyarakat yang orientasinya prestasi dan produktifitas,” ujar Choirin dalam khotbahnya, Jumat (21/4/2023).
Masyarakat Islam Berkemajuan, kata dia, adalah masyarakat yang menghadirkan Tuhan dalam seluruh aktivitas kehidupannya.
“Tidak ada sesuatu yang dia agungkan selain Allah,” tegasnya.
Choirin juga mengingatkan Umat Islam untuk tidak mendewakan kekuasaannya, karena kekuasaan itu ada batas waktunya.
“Siapa pun yang mendewakan kekuasaannya, ketahuilah sesungguhnya kekuasaan dan kepemimpinan ada periode dan waktunya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Choirin menyebut untuk membangun masyarakat yang berkemajuan, tiada siapa pun dan tiada apa pun yang diagungkan melainkan Allah SWT.
Khotib menjelaskan, masyarakat Islam berkemajuan bukan masyarakat yang tidak punya dosa, tidak pernah salah, tetapi masyarakat Islam berkemajuan adalah masyarakat yang memiliki sensitifitas spiritual yang tinggi.
“Setiap kali melakukan kesalahan, dia segera sadar dan minta ampunan,” kata dia sambil mencontohkan zaman nabi Muhammad dulu.
“Tdak seperti kita, nasihat telah diberikan, panggilan telah dilayangkan, peringatan telah diberikan, tetapi seringkali justru kita mencari berbagai dalih dan alasan untuk membenarkan apa yang kita lakukan. Terlebih lagi apabila kita memiliki kekuasaan, apalagi kita memiliki kekayaan, seringkali justru nasihat-nasihat itu harus menyesuaikan dengan kehendak kita,” pungkasnya.
Sekadar diketahui, salat Idulfitri di halaman Gedung PP Muhammadiyah juga dihadiri Muhadjir Effendy Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) yang menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah.(faz/rid)