Dalam rangka memperingati hari bumi internasional yang jatuh pada 22 April mendatang, kumpulan aktivis lingkungan di Jawa Timur menggelar aksi di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Senin (17/4/2023).
Mereka terdiri dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Komunitas Coensis dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Komunitas Capy Brantas dari Universitas Brawijaya (UB), dan gabungan mahasiswa dari Universitas 17 Agustus (Untag) dan Universitas Airlangga (Unair).
Aksi yang diadakan untuk mengingatkan kasus pencemaran lingkungan di Jatim itu, dilakukan dengan menggelar teaterikal dan membentangkan poster kasus.
Kholid Basyaiban koordinator aksi menyampaikan, berdasarkan temuannya, sebanyak 70 persen air minum masyarakat di Jatim tercemar bakteri Ecoli dan mikroplastik.
“Kontaminasi mikroplastik di sungai-sungai di Jatim paling tinggi se-Indonesia. Sampah impor, dioksin dan mikroplastik udara mengancam nyawa masyarakat, ada juga limbah B3,” jelasnya.
Dengan begitu, ia menyebut, masyarakat Jatim terancam penyakit kronis dan bisa menyebabkan bencana, apalagi sebelumnya juga pernah terjadi kematian ikan massal di sungai Brantas.
Oleh karena itu, kata dia, aksi tersebut digelar dengan membentangkan berbagai permasalahan lingkungan yang belum teratasi di Jatim melalui poster.
Sementara itu, Alaika Rahmatullah peserta aksi menyatakan, teater yang dilakukan yakni mengibaratkan lingkungan di Jatim seperti toilet yang penuh dengan kotoran akibat ulah manusia yang melakukan pencemaran.
“Kami membawa tiga toilet duduk, aksi teater ini mengibaratkan perilaku manusia yang mencemari lingkungan, adanya polusi industri, sampah plastik dan beragam sampah impor yang mengotori daerah Mojokerto, Sidoarjo hingga Gresik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa dalam aksi tersebut juga dibentangkan poster protes dan harapan yang bertuliskan, “Bumi ini cukup untuk 7 Milyar Orang tapi tak Cukup untuk 1 orang yang Serakah”.
Sebagai diketahui, aksi yang rencananya diadakan juga untuk menyampaikan rekomendasi kepada Gubernur Jatim itu tidak berjalan lancar, karena pihak kepolisian tidak memberi izin massa aksi memasuki Gedung Negara Grahadi Surabaya.(ris/ihz/ipg)