Senin, 25 November 2024

Puluhan Remaja Pelaku Perang Sarung Jalani Sanksi Sosial di Liponsos Keputih

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ratusan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) berada di dalam ruangan penampungan di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Surabaya. Foto: dok suarasurabaya.net

Hingga pekan kedua Ramadan, sudah puhan remaja Surabaya yang terjaring razia terlibat perang sarung, menjalani sanksi sosial di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih.

Imam Muhaji Kepala UPTD Liponsos Keputih Surabaya membenarkan, sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP), minimal mereka yang dibawa ke Liponsos tinggal selama dua hari.

“Kalau sekarang tidak ada, ada minggu yang lalu, hanya terindikasi perang sarung, tapi pengakuan tidak terlibat dan tidak tahu,” kata Imam, Selasa (4/4/2023).

Terpisah Eddy Christijanto Kepala Satpol PP Kota Surabaya menyebut sudah 20-an remaja yang menjalankan sanksi sosial dibawa ke Liponsos.

“Sekitar 20 remaja (pelayanan di Liponsos) selama Ramadan,” kata Eddy.

Sanksi sosial di Liponsos Keputih, sambungnya, bakal dilaksanakan maksimal seminggu.

“Karena mereka usianya antara 15,16,17. Jangan sampai psikologis anak (terdampak),” ujarnya.

Usai menjalankan saksi sosial, para remaja yang terjaring razia di bulan Ramadhan itu langsung dikembalikan ke orang tuanya untuk mendapatkan pengawasan lebih lanjut. Nantinya, mereka juga direncanakan mengikuti kegiatan Sekolah Kebangsaan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

“Jadi setelah mereka tertangkap (selanjutnya menjalani sanksi sosial) kami minta membuat surat pernyataan untuk bersedia (mengikuti) Sekolah Kebangsaan. Setelah Lebaran (dilaksanakan),” katanya.

Melihat fenomena perang sarung yang marak terjadi di Kota Surabaya selama bulan Ramadhan, lanjut Eddy, didasari rasa ingin menunjukkan eksistensi sebagai remaja.

“Gaya-gayaan, mereka kumpul suatu tempat diajak temannya, sebenarnya tidak ada musuh. Kalau ada kelompok teriak-teriak, tidak ada motif. Gagah-gagahan kalau melihat fenomena perang sarung,” ucap Eddy.

Eddy menambahkan para remaja disarankannya untuk lebih memilih melaksanakan kegiatan keagamaan selama bulan suci.

“Sebelum Ramadhan tidak ada perang sarung. Saat Ramadhan sarung dijadikan alasan, ini kebiasaan yang tidak tepat. Sarung untuk dipakai untuk ibadah bukan untuk perang,” ucapnya.

Ia juga mengklaim eskalasi gangguan kamtibmas termasuk jumlah remaja yang terjaring razia sudah mulai menurun dibanding awal-awal Ramadan. Meski begitu, patroli gabungan terutama setiap Jumat dan Sabtu akan terus digalakkan. (lta/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
33o
Kurs