Berselang tidak lama bencana Palu maupun Lombok akibat gempa, beredar di media sosial informasi-informasi soal gempa yang bisa melanda di beberapa wilayah di Indonesia yang meresahkan masyarakat.
Menyikapi hal tersebut, Daryono Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta kepada masyarakat untuk hati-hati dan tidak langsung menyebarkan berita yang belum tentu benar itu.
Dia menjelaskan, ada beberapa ciri-ciri informasi yang tidak benar (hoax) terkait gempa maupun tsunami.
“Terkait Hoaks kita meminta kepada masyarakat baik itu yang berada di wilayah sedang terjadi gempa atau di tempat lain, kita minta untuk mengenali ciri-ciri Hoaks,” ujar Daryono di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (4/10/2018).
Pertama, kata dia, info tersebut meramalkan akan ada terjadi gempa besar dan akan ada tsunami.
“Itu sudah langsung tandaI, kalau itu berita bohong, tidak boleh diteruskan. Kalau meneruskan berarti akan jadi penyebar hoaks, itu dosa karena membuat orang lebih susah lebih menderita lebih khawatir,” jelasnya.
Kemudian berikutnya ciri-ciri hoaks, kata Daryono, informasi itu tidak ada lembaga maupun nomor kontak yang bertanggungjawab atas informasi itu sendiri.
“Apakah informasi itu ada lembaga atau menyebutkan lembaganya dan sebagainya, yang bertangungjawab, institusi official (resmi, red)? jika tidak itu, hoaks, apakah ada nomor kontaknya, apakah ada petugas official nya? kalau tidak itu hoaks,” tegasnya.
Jadi, menurut Daryono, selama ada ciri-ciri itu, maka jangan disebar dan masyarakat harus menjadi agen pemutus hoaks.
Daryono menegaskan, sampai saat ini belum ada alat secanggih apapun yang bisa mengetahui secara pasti akan terjadi gempa. Kalau terjadi gempa di beberapa tempat yang selang waktunya tidak lama, itu hanya kebetulan saja.(faz/tin)