Sabtu, 23 November 2024

Penyakit TBC di Jatim Capai 81 Ribu Kasus, Tertinggi Kedua Nasional

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi - Dokter memeriksa penderita penyakit tuberkulosis (TBC) di Rumah Sakit Paru-paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Foto: Antara

Penyakit tuberkulosis (TBC) yang diderita masyarakat Jawa Timur (Jatim) mengalami peningkatan dari 2021 sebanyak 53.289 jiwa menjadi 81.753 sepanjang 2022.

Angka itu menjadikan Jatim sebagai penderita terbanyak kedua setelah Jabar (Jawa Barat). Merespon kasus TBC yang meninggi, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim menuturkan semua pihak wajib waspada.

Khofifah juga menyatakan komitmen mendukung program pemerintah pusat untuk melakukan Eliminasi TBC 2030.

“Ini sebuah angka yang harus kita sampaikan sebagai cambukan semangat untuk bersama sama kita atasi. Pemprov Jatim berkomitmen serius untuk Eliminasi TBC 2030 dengan target penurunan mencapai 65/100.000 penduduk,” kata Khofifah, Jumat (24/3/2023).

Peningkatan kasus tak hanya dialami Jatim saja, namun secara nasional. Merujuk data Kemenkes RI pada 2022 tercatat sebanyak 717.941 kasus. Angkat itu meningkat 61,98 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 443.235 kasus.

Khofifah melanjutkan, apabila mengacu pada Perpres No 67 Tahun 2021, Pemprov Jatim telah menerbitkan Pergub Jatim No. 50 Tahun 2022 tentang Penanggulangan Penyakit Tuberculosis.

Penerbitan aturan itu juga sejalan dengan upaya meningkatkan penemuan terduga TBC melalui Aplikasi E-Tibi dan memberlakukan TB 06 di semua fasilitas layanan kesehatan.

Langkah ini dilakukan guna mencapai target temuan kasus TBC 90 persen dari estimasi kasus TBC nasional. Atau melakukan penemuan 16.700 kasus TBC per minggunya.

“Peningkatan kualitas Fasyankes pemerintah dan swasta termasuk dokter praktik mandiri, klinik dan RS Swasta dalam memberi layanan TBC harus kita perhatikan,” ujar Khofifah.

Menurut Gubernur Jatim itu, kalau semakin banyak yang terdeteksi sedini mungkin pasien terduga TBC maka penanganannya semakin cepat. Sebab penularan penyakit yang menular lewat udara itu bisa makin dicegah lewat mekanisme screening.

Sementara itu Erwin Astha Triyono Kadinkes Provinsi Jatim menyebut kalau pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk penanggulangan TBC.

Pertama, adalah memasifkan temuan terdua TBC di masyarakat dengan screening mendiri gejala TBC lewat aplikasi E-Tibi yang bisa diakses lewat tautan berikut https://dinkes.jatimprov.go.id/assesment-tbc/public/.

Kedua, mengintensifkan kolaborasi lintas program di antaranya adalah TBC-HIV, TBC-DM (Diabetus Melitus), TBC-KIA (Kesehatan Ibu & Anak), TBC-PISPK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) dan melibatkan unsur pentahelix dalam penanganan TBC di Jatim.

Ketiga, mengoptimalkan penemuan kasus TBC secara aktif (Investigasi Kontak, Skrining Masal di Sekolah, Lapas, Pondok Pesantren dan Tempat Kerja).

Keempat, membentuk Tim DPPM (District Public Private Mix) dan KOPI (Koalisi Organisasi Profesi) TBC di kabupaten/kota se Jatim.

Kelima melakukan ekspansi layanan TBC Resisten Obat di 21 Rumah Sakit dan di tahun 2023 ditargetkan menjadi 33 Rumah Sakit Layanan TBC Resisten Obat di seluruh Jatim.

“Jika masyarakat mengalami gejala TBC, segera skrining mandiri melalui E-TIBI atau periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan setempat,” jelas dokter Erwin.(wld/abd/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs