Di tengah kondisi ekonomi yang merosot pascabencana di Kota Palu, Sulawesi Selatan, warga berjibaku bangkit dari keterpurukan.
Sosok-sosok inspiratif di tengah kondisi seperti ini bermunculan. Mereka adalah relawan yang dengan semangat kemanusiaannya membantu korban bencana alam.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjadi seorang relawan kemanusiaan. Tidak hanya dengan terjun untuk mengevakuasi korban.
Semangat kemanusiaan juga yang membuat seorang barista di Kota Palu, berbagi untuk korban bencana dengan menggratiskan kopi single origin di kedainya.
Ada sebuah kedai kopi di Jalan Letjend Panjaitan, Tadulako, Palu Barat bernama Kopi Taro. Para pecinta kopi di Palu diberi kesempatan menikmati kopi gratis sambil berbagi cerita untuk meringankan beban.
“Substansi manusia itu saling berbagi. Kalau seseorang tidak berbagi, menurut saya orang itu bukan manusia,” ujar Sabda Taro, pemilik kedai Kopi Taro kepada suarasurabaya.net, Minggu (7/10/2018).
Taro mengatakan, kebetulan persediaan kopi yang dia pesan baru saja tiba satu dua hari sebelum kejadian Jumat 28 September 2018 lalu.
“Berbagi itu kan bisa dengan apa yang kita punya. Karena saya hanya punya kopi, inilah yang saya habiskan untuk berbagi. Terutama bagi relawan dan korban bencana,” katanya.
Di Jalan Letjend Panjaitan itu juga ada posko relawan dari berbagai komunitas di Kota Palu. Baik Forum Sudut Pandang, yakni kumpulan anak muda yang konsen di bidang seni dan media.
“Ada juga di samping ini komunitas Mahasiswa Luwu, juga komunitas Mahasiswa Sulteng yang kuliah di luar daerahnya. Mereka bagi-bagi air gratis, ada yang bagi-bagi makanan. Jadi ini jalan berbagi,” katanya.
Tidak hanya sosok Sabda Taro, ada banyak orang inspiratif pascabencana ini. Nur Insaniswati, warga Jono Oge, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, yang berdagang sayuran di Pasar Inpres Manonda, Palu Timur. juga terdampak bencana gempa dengan cukup parah.
Dia awalnya mau pulang ke Jawa karena rumahnya di Jono Oge sudah hancur. Tapi para petani setempat memintanya tetap tinggal.
Harapannya, agar ada yang tetap menjual hasil panen sayuran mereka di pasar.Dengan serba keterbatasan, perempuan yang biasa dipanggil Anis itu memutuskan untuk berjualan lagi.
Memang Kota Palu telah dihantam bencana yang merusak infrastruktur kota. Tapi bagi warganya, ini adalah kesempatan untuk bangkit, untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.(den/iss)