Jumat, 22 November 2024

Atasi Gagal Ginjal, Unair Inisiasi Produksi Membran Hemodialisis Pertama di Indonesia

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Yanuardi Raharjo dari tim riset Membran Science and Technology Research Group (MSTRG) Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST Unair) yang mengembangkan penelitian membran hemodialisis sebagai inovasi pembersih darah bagi pasien penderita gagal ginjal. Foto: Unair

Yanuardi Raharjo bersama tim riset Membran Science and Technology Research Group (MSTRG) dari Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST Unair) mengembangkan penelitian membran (kulit tipis yang berfungsi sebagai pemisah selektif) hemodialisis yang mampu membersihkan Water-Soluble Uremic Toxins (WSUT), Middle-molecular Uremic Toxins (MWUT), dan PBUT melalui inovasi Mixed Matrix Membran Adsorber (MMMA).

Ia menjelaskan, membran hemodialisis merupakan membran yang digunakan pada terapi hemodialisis dan merupakan inovasi pembersih darah bagi pasien penderita gagal ginjal.

“WSUT telah terbukti mampu dibersihkan dari darah pasien gagal ginjal dengan menggunakan terapi membran hemodialisis menggunakan sistem low flux, MMUT juga telah terbukti dapat dibersihkan oleh membran hemodialisis menggunakan sistem high flux,” terangnya, pada Kamis (9/3/2023).

Ia menerangkan, MMMA yang telah dikembangkan mampu membersihkan WSUT, MMUT, dan PBUT hingga 50 persen pada skala laboratorium.

Untuk pengujian terhadap karakteristik membran, ia menyebut, performa membran hingga uji in vitro telah berhasil diuji dengan hasil sangat baik.

“Inovasi MMMA ini telah menghasilkan beberapa publikasi di jurnal internasional bereputasi dan terindeks Scopus (Q3 hingga Q1) dan berhasil didaftarkan patennya di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI,” ucapnya.

Meskipun begitu, ia menyatakan membran hemodialisis tidak mampu membersihkan seluruh jenis racun uremik di dalam darah.

“Jenis racun uremik yang sangat sukar dibersihkan dengan terapi membran hemodialisis adalah Protein-Bounded Uremic Toxins (PBUT). Menurut para peneliti, jenis racun tersebut dapat dibersihkan dengan menggunakan hemoperfusi,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, ia menyatakan bahwa saat ini membran hemodialisis yang digunakan oleh pasien-pasien di Indonesia masih impor. Oleh karena itu, ia dam tim membuat penelitian tersebut.

Ia berharap, hasil penelitian dirinya bersama tim bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi pasien gagal ginjal dan aplikasi blood purification pada berbagai jenis penyakit pada umumnya dan bermanfaat bagi para membranologis, internis kedokteran, dan nefrologis.

“Dengan adanya membran ini, diharapkan racun-racun urea dari pasien bisa dibersihkan secara maksimal sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal,” ucapnya.

Sementara itu, Ni Nyoman Tri Puspaningsih Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development (RICD) Unair, juga mendukung penelitian tersebut.

“Mendukung juga agar dikembangkan dengan uji in vivo, sehingga produk membran tersebut lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup pasien gagal ginjal di Indonesia,” pungkasnya.(ris/abd/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs