Kamis, 7 November 2024

Asia Dominasi Riset Kecerdasan Buatan, Indonesia Berpotensi Jadi Sumber Data

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Laksana Tri Handoko Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Foto: BRIN

Laksana Tri Handoko Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, riset terkait Artificial Inteligence (AI) atau Kecerdasan Buatan mengalami perkembangan signifikan dalam rentang waktu 2010 hingga 2021. Selama kurun waktu tersebut, menariknya, Asia justru mendominasi riset AI.

“Berbeda dengan ilmu lainnya, yang mendominasi adalah ilmuwan dari Eropa dan Amerika. Khusus AI, yang mendominasi justru Asia, khususnya Asia Timur, lebih khusus lagi Tiongkok,” kata Handoko saat menjadi pembicara kunci pada diskusi bertema ‘Digitalisasi, AI, dan Masa Depan Kita’ di Jakarta, Selasa (7/3/2023).

Dirinya memaparkan, melihat dari jurnal yang terindeks global, publikasi jurnal terkait AI dari 2010 ke 2021 meningkat dua kali lipat mencapai 350 ribu jurnal.

“Kalau kita bicara paten, yang berbasis AI juga sama, meningkat pesat, hampir 150 ribu paten yang di-filling, di-register dan juga invented,” terangnya, seperti dilansir dari keterangan resmi BRIN.

Indonesia, menurut Handoko, berpotensi menjadi sumber data. Ini karena Indonesia beragam mulai dari demografi, geografis, sosial-budaya, alam, dan biodiversitasnya. Sementara basis AI adalah big data.

“Salah satu solusi teknologi ultimate-nya adalah AI, gunanya untuk menganalisis big data itu,” tambahnya.

Itu sebabnya, BRIN bersama pemangku kepentingan terkait sedang memproses rancangan Perpres tentang Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial. Di dalam Stranas tersebut, terdapat lima prioritas, yakni pelayanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, kemananan pangan, mobilitas dan kota pintar.

“Bidang kesehatan misalnya, bagaimana BRIN mengembangkan rapid test kit, untuk mengetahui lebih dini potensi kanker serviks, TB, malaria, dan seterusnya, sehingga menurunkan cost dari kesehatan kita secara nasional,” jelas Handoko.

Sedangkan bidang pangan, dengan memanfaatkan AI berbasis data omics, periset bisa mengembangkan varietas-varietas baru dari data molekuler.(dfn/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Kamis, 7 November 2024
35o
Kurs