Sabtu, 23 November 2024

Antisipasi Leptospirosis, Dinkes Surabaya Pantau Wilayah Padat Penduduk dan Rawan Banjir

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Foto: Diskominfo Kota Surabaya

Sebanyak 249 kasus penyakit Leptospirosis atau kencing tikus terjadi di Jawa Timur dan merenggut 9 nyawa di antaranya selama 2023. Dinas Kesehatan Surabaya mulai antisipasi dan waspada.

Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebut, hingga kini belum ada temuan kasus.

“Belum ada temuan (Leptospirosis di Surabaya),” kata Nanik, Rabu (8/3/2023).

Diketahui, 249 kasus itu terjadi di sejumlah kabupaten/kota Jatim. Rinciannya, 204 kasus di Pacitan dengan jumlah kematian enam orang, 22 kasus di Kabupaten Sampang, 8 kasus di Kabupaten Lumajang, lima kasus di Kota Probolinggo dengan kematian satu orang, 3 kasus di Kabupaten Probolinggo dengan kematian dua orang, serta 4 kasus di Kabupaten Tulungagung, dan 3 kasus Kabupaten Gresik.

Meski belum ada kasus di Surabaya, lanjut Nanik, dinkes tetap antisipasi dan waspada. Ia mulai memantau wilayah padat penduduk dan rawan banjir untuk disurvei kepadatan tikus, bekerjasama dengan institusi lain.

“Berkerjasama dengan institusi lain seperti BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) untuk melakukan surveilance pemeriksaan sentinel tikus dan survei kepadatan tikus di beberapa wilayah di Kota Surabaya, khususnya wilayah padat penduduk dan rawan terjadinya banjir,” kata Nanik lagi.

Mengadakan sosialisasi di fasilitas pelayanan kesehatan soal Leptospirosis agar masyarakat mengetahui gejala-gejala.

“Melakukan deseminasi informasi di faskes mengenai penyakit Leptospirosis melalui media KIE berupa leaflet, poster, penyuluhan terhadap masyarakan dan media sosial,” tambahnya.

Untuk faskes, juga sudah bersiap-siap melakukan pencegahan hingga pengobatan jika ditemukan kasus.

“Meningkatkan kewaspadaan dini faskes di Kota Surabaya dengan adanya surat dari Kepala Dinas Kesehatan kepada seluruh faskes tentang pencegahan dan tata laksana pengobatan pasien Leptospirosis,” terangnya.

Terakhir, Nanik mengaku akan monitoring intensif puskesmas mau pun rumah sakit jika ditemukan kasus Leptospirosis.

“Monitoring dan evaluasi intensif secara rutin setiap minggu pada aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) di tingkat Pusk dan RS,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim mengimbau, masyarakat yang merasakan gejala seperti demam tinggi di atas 38 derajat, nyeri kepala, nyeri otot, lelah, dan mata kekuningan supaya memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit. (lta/iss/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs