Kota Surabaya resmi menerima penghargaan tertinggi “Adipura Kencana 2022” untuk kategori Kota Metropolitan pada Selasa (28/2/2023) di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Adapun penghargaa tersebut diraih Surabaya dengan mengungguli enam kota lain, seperti lima daerah di Jakarta hingga Tanggerang Selatan.
Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya mengatakan, besarnya partisipasi masyarakat Kota Pahlawan menjaga kebersihan lingkungannya jadi salah satu faktor penghargaan tersebut diperoleh.
“Terima kasih untuk masyarakat, ini penghargaan untuk kita semua. Kriteria penilaian itu tidak melulu soal pengelolaan sampah dan kerindangan di daerah-daerah hijau, tapi juga di daerah perkantoran kemudian sekolah, sampai saluran-saluran air kita,” ungkap Hebi kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (1/3/2023).
Sementara soal saluran air, memang jadi perhatian khusus warga Kota Surabaya sejak awal November 2022 lalu lewat kerja bakti massal serentak, yang rutin dilakukan. Contohnya, seperti berpartisipasi dalam giat “Surabaya Bergerak”.
Kemudian terkait pengelolaan sampah, kata Hebi, juga jadi salah satu faktor pendukung penting Kota Surabaya menerima “Adipura Kencana 2022”.
Dia menjelaskan kalau di Kota Surabaya sampah tidak hanya dibuang di Tempat Pembuangan Akhir. Namun, ada juga yang diolah sehingga punya nilai ekonomis melalui konsep Waste to Energgy, atau menghasilkan energi dalam bentuk panas atau listrik dari sampah.
“Yang membedakan dengan kota lain, kita (Surabaya) punya konsep Waste to Energgy sehingga sampah punya nilai ekonomis. Ditambah lagi kita punya 663 bank sampah se Surabaya, hampir di setiap RW itu ada (untuk mengelolah sampah). Jadi kita penanganan sampai ke hilir,” beber Hebi.
“Bahkan ada juga beberapa perusahaan di Surabaya yang punya sistem pengelolaan sampah sendiri,” imbuhnya.
Meski demikian, Kepala DLH itu menyampaikan kalau Kota Surabaya juga mendapat beberapa catatan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Seperti, tingginya jumlah sampah yang dihasilkan, hingga banyaknya makanan sisa.
Banyaknya sampah yang dihasilkan, menurut Hebi karena pola konsumsi yang tinggi dari masyarakat. Serta, banyak penduduk dari berbagai daerah yang beraktivitas hingga tinggal ke Surabaya.
Untuk itu, lanjutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mulai menanamkan mindset kepada warganya mulai dari tingkat sekolah dasar. Khususnya, untuk menekan konsumsi berlebih.
“Kita ajarkan ke anak-anak, kalau beli makanan ringan jangan sampai bungkusnya gede tapi isinya cuma 1/4 nya. Kemudian, kalau pesan makanan semisal cuma bisa menghabiskan setengah piring, ya jangan pesan porsi penuh karena sisanya nanti pasti kebuang,” tegasnya.
Terakhir, Agus Hebi juga menuturkan kalau Pemkot Surabaya akan berusaha mempertahankan penghargaan “Adipura Kencana” di tahun-tahun berikutnya.
“Pengelolahan di hulu dan hilir dilaksanakan secara intensif dan ekstensif. Intensifnya didorong setiap hari, sementara ekstensifnya seperti direplikasi tempat tempat lain yang belum. Sekali lagi terimakasih dan selamat untuk kita semua warga Kota Surabaya,” pungkasnya. (bil/ipg)