Nur Ainy Fardana Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) menyatakan, adanya childfree atau pilihan seseorang yang secara sengaja memilih tidak mempunyai anak dalam hidup, tidak boleh dihakimi.
“Karena hak untuk memiliki anak atau tidak merupakan pilihan pribadi. Yang penting, jangan mudah ikut arus dan masyarakat harus kritis,” ucapnya pada Senin (20/2/2023).
Ia menjelaskan, terdapat beberapa kemungkinan seseorang memilih childfree. Yakni, seperti ingin fokus terhadap karir, hobi, cita-cita, atau kemungkinan adanya masalah kesehatan dan juga memiliki trauma di masa lalu.
“Atau adanya perasaan takut terhadap tanggung jawab dan komitmen yang besar saat memiliki anak. Misalnya, berkaitan dengan biaya hidup, perlindungan anak terhadap ancaman kekerasan dan lain sebagainya,” ucapnya.
Selain itu, menurutnya bisa juga seseorang merasa tidak cocok menjadi orang tua atau bahkan memang tidak tertarik untuk memiliki anak.
Meskipun begitu, ia mengatakan, ada dampak positif dan negatifnya dalam pilihan childfree tersebut.
“Dampak positifnya yaitu menghindari risiko sakit yang mungkin dialami, baik secara fisik maupun mental, dan juga seseorang menjadi lebih fleksibel dalam memilih gaya hidup karena tidak terikat oleh anak,” ungkapnya.
Sedangkan, dampak negatifnya, ia mengatakan dapat merasa kesepian dan terisolasi karena tidak memiliki tempat untuk menyalurkan kasih sayang.
“Kemudian, tidak adanya dukungan sosial dan finansial ketika tua dari anak dan tidak ada seseorang yang akan meneruskan warisan genetik ataupun menerima harta warisan ketika sudah meninggal,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia berpesan agar masyarakat berpikir kritis sebelum memutuskan untuk memiliki anak ataupun tidak.
Karena menurutnya, seseorang juga harus siap dengan tekanan keluarga dan masyarakat yang memandang childfree sebagai pilihan yang tidak lazim.
“Harus benar-benar melihat bahwa childfree harus dipertimbangkan dampak positif dan negatifnya,” pungkasnya.(ris/abd/ipg)