Sabtu, 23 November 2024

Komunitas Aksi Brantas Nyatakan Sumber Mata Air Ngasinan Kediri Tercemar Mikroplastik

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Pengumpulan sampah yang ada di sumber ngasinan. Foto: Aliansi Komunitas Sungai Brantas

Sebanyak 16 komunitas peduli lingkungan yang tergabung dalam “Aliansi Komunitas Sungai Brantas (Aksi Brantas)”, menyatakan Sumber Ngasinan yang berada di Kediri tercemar fosfat dan mikroplastik.

Brian Pramana koordinator komunitas Trash Control Community (TCC) mengatakan, sebelum memastikan kalau sumber ngasinan itu tercemar, pihaknya telah melakukan pemantauan terlebih dahulu.

“Yakni dengan melakukan biotilik dan penilaian habitat reparian yang bertujuan untuk memantau kesehatan sungai dengan menggunakan indikator biota sungai seperti serangga air dan kondisi bantaran, tanaman dan pohon yang berada di lokasi,” jelas Brian dalam keterangannya, Minggu (19/2/2023) malam.

Kemudian dilakukan pemantauan kualitas air fisika kimia dan analisis mikroplastik, yang bertujuan untuk mengukur parameter air dengan parameter (Nitrat, Nitrit, PH, TDS, Suhu dan DO), dan juga mengidentifikasi mikroplastik dari sampel yang di ambil dari sumber ngasinan.

“Dilakukan juga brand audit sampah plastik yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik sampah dan merek sampah yang mencemari sumber ngasinan,” ungkapnya.

Dia mengatakan, hasil biotilik berdasarkan penghitungan sampel mikroinvertebrata yang telah diambil di sumber ngasinan, memiliki Indeks biotilik dengan skor 2,4. Artinya, kondisi sungai tercemar sedang karena ditemukan paling banyak family thiaridae (sumpil).

“Selain itu keadaan air juga bisa dipengaruhi oleh limbah rumah tangga, karena saluran air tersebut juga di gunakan warga sebagai tempat untuk mencuci baju,” terangnya.

Sedangkan, penilaian habitat riparian menghasilkan rata-rata skor kesehatan habitat 2,7 yang menunjukkan sehat. “Tetapi tebing sungai dibatasi plengsengan beton lebih dari 50 persen,” ujarnya.

Lebih lanjut, hasil pemantauan kualitas air di ke dua lokasi, terdapat parameter fosfat melebihi baku mutu dari angka yang sudah ditetapkan dalam PP 22 Tahun 2021 yang hanya 0,2 ppm untuk air kelas I.

“Dan hasil identifikasi sampel mikroplastik mayoritas adalah jenis fiber. Jenis fiber lebih banyak dibanding jenis lainnya, karena lokasi sumber ngasinan digunakan sebagai tempat cuci beberapa warga,” terangnya.

Sedangkan, total sampah yang berhasil dikumpulkan dalam pemantauan tersebut berjumlah 382 pieces sampah.

Dengan hasil tersebut, Tonis Afrianto pegiat Zero Waste Ecoton berharap, pemerintah memperluas layanan tata kelola sampah hingga ke desa. Serta, memperbanyak TPS 3R di setiap desa dengan dukungan sarana dan prasarana persampahan yang memadai.

“Kawasan bebas sampah dengan model zero waste cities juga diperlukan untuk menekan penanganan sampah sejak dari sumber atau rumah tangga,” paparnya.

Menurutnya, hal itu bisa menjadi solusi pengelolaan sampah secara baik dan mandiri di skala desa, agar tidak mencemari sungai.

Untuk diketahui, Seperti dilansir dari kedirikota.go.id, Sumber Ngasinan merupakan salah satu mata air yang terletak di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota Kediri.

Sumber mata air untuk warga Kota Kediri itu ini masih sangat asri dan tak banyak dikunjungi orang. Adapun yang sering memiliki aktivitas di kawasan tersebut adalah penduduk setempat. (ris/bil/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs