Sabtu, 23 November 2024

Pengamat Politik Unpad Menilai KIB Masih Menunggu Kepastian Capres 2024 yang Diusung PDIP

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Zulkifli Hasan Ketum Partai Amanat Nasional (kiri), Airlangga Hartarto Ketum Partai Golkar (tengah), dan Muhammad Mardiono Plt. Ketum PPP (kanan). Foto: Istimewa

Firman Manan Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) menilai situasi politik Tanah Air satu tahun menjelang Pemilu 2024 masih sangat dinamis.

Walau mayoritas partai politik (parpol) sudah menyatakan berkoalisi, pintu untuk masuknya parpol ke dalam suatu koalisi masih terbuka lebar.

Partai Golkar merupakan salah satu yang ‘diincar’ sejumlah partai politik untuk bergabung di dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau Koalisi Perubahan.

Sementara, PDI Perjuangan dikabarkan akan berkunjung ke Markas Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

“Sekarang ini masih sangat cair. Artinya, setiap partai membuka peluang untuk menjajaki koalisi,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (15/2/2023).

Dia mencontohkan, wacana menyatukan KIB dengan Koalisi Gerindra-PKB masih sangat fleksibel. Termasuk rencana kunjungan elite PDI Perjuangan ke sejumlah partai.

“Selama sikap PDIP belum jelas, maka manuver politik akan terus terjadi. PDIP belum jelas siapa yang akan diusung, indikasi berkoalisi dengan siapa juga belum ketahuan. Tapi, saya yakin PDIP akan berkoalisi,” imbuhnya.

Selain PDIP, Firman yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif IPRC melihat posisi Golkar yang menarik. Sehingga, sejumlah partai seperti PKS dan PKB berharap partai berlambang pohon beringin bergabung dengan koalisi mereka.

“Golkar memang harus diakui punya mesin partai yang cukup efektif. Tentu Golkar bisa menjadi variabel yang menentukan perolehan suara cukup tinggi, dan membangun koalisi dengan Golkar sepertinya tidak sulit,” katanya.

Mesin Golkar yang bergerak secara efektif, lanjut Firman, terbukti menghasilkan perolehan suara tinggi pada Pemilu 2019. Tapi, jelang Pemilu 2024, Golkar masih punya kendala dengan figur yang punya elektabilitas tinggi.

“Golkar punya problem figur kandidat capres, ada kebutuhan untuk menyandingkan posisi Airlangga dengan sosok yang punya elektabilitas tinggi. Sementara, parpol lain membutuhkan Golkar karena punya mesin yang efektif,” tegasnya.

Sementara itu, Dedi Kurnia Syah Putra Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) menilai PDIP tidak mungkin maju sendiri mengusung capres dan cawapres dalam Pemilu 2024.

“PDIP tidak mungkin sendirian kalau ingin mendominasi di Pemilu 2024. Menurut saya mitra strategis mereka sejauh ini tinggal PPP,” terangnya.

Dedi menambahkan, PPP yang sekarang bergabung di KIB merupakan partai yang kemungkinan besar masih bisa dikendalikan PDIP. Sementara PAN masih ragu-ragu untuk tetap di KIB atau merapat ke PDIP.

Lebih lanjut, dia juga menilai posisi KIB lemah lantaran tidak mempunyai tokoh utama seperti koalisi lain. Maka dari itu, parpol KIB akan banyak menerima kunjungan parpol lain yang mengajak keluar.

Tapi, Dedi menilai penambahan kekuatan PDIP tidak signifikan kalau PAN dan PPP bergabung. Walau begitu, PDIP masih diuntungkan dengan keleluasaan mengontrol koalisinya.

“Bisa saja PPP dan PAN meninggalkan KIB. Tapi, bisa jadi Golkar lebih dulu keluar dari KIB,” pungkasnya.(rid)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs