Sabtu, 23 November 2024

Manajer Persebaya Akui Sempat Berniat Laporkan Koordinator Aremania ke Polisi

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Tiga orang manajemen dan ofisial Persebaya jadi saksi ringankan polisi, Selasa (14/2/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Yahya Alkatiri Manajer Persebaya menyesalkan pentolan Aremania yang hadir dan memimpin suporter hingga terjadi aksi-aksi intimidasi berupa nyanyian yel-yel, pelemparan, juga menyerang turun ke lapangan Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.

Menurutnya, segala bentuk intimidasi suporter sudah mulai terlihat sejak awal kedatangan tim Persebaya ke stadion hingga sepanjang pertandingan. Puncaknya ketika peluit panjang ditiup wasit sehingga pertandingan berakhir dengan kemenangan Persebaya.

Koordinator, lanjutnya, terlihat sudah membentangkan spanduk ancaman ke tim Persebaya sejak awal pertandingan.

“Waktu main, ada di tribun depan saya, kalau gak salah timur (antara tribun 6 dan 7), ada salah satu, koordinator suporter membentangkan spanduk ‘kiamatmu di Malang,” kata Yahya, saat bersaksi di Ruang Cakra Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (14/2/2023).

Terlebih pimpinan suporter ikut menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya dan memimpin para Aremania.

“Ada korlap (koordinator lapangan) Aremania yang dihukum akibat kejadian pada 2018 (di Stadion Kanjuruhan), tapi dia kemarin memimpin (suporter) saat Tragedi 1 Oktober,” jelasnya namun enggan menyebut nama.

Yahya mengungkap, para pemain dan ofisial Persebaya sudah merasa terancam dengan tindakan para suporter saat pertandingan berjalan. Namun pertandingan juga tetap dilangsungkan meski ia sudah mencoba minta dihentikan.

“Saat itu saya sempat ngomong ke match commisioner ‘pak kalau pertandingan seperti ini seharusnya dihentikan’, tapi enggak tahu (namanya) orangnya,” ucapnya.

Menurut Yahya, sejumlah kalimat yang diungkapkan suporter saat pertandingan pada 1 Oktober 2022, bukan hanya menghancurkan mental lawan, namun sudah termasuk bentuk ancaman.

“Ketika mereka nyanyi ‘gak isok moleh (gak bisa pulang)’ dan kejadian (Tragedi Kanjuruhan) itu menjatuhkan mental lawan atau ancaman? Ini ancaman,” ujarnya.

Ia menyebut sudah berniat melaporkan pentolan Aremania itu ke polisi. Namun karena peristiwa Tragedi Kanjuruhan yang begitu banyak memakan korban, bahkan hingga kini proses ungkapnya masih berlangsung di pengadilan, ia membatalkan niatnya.

“(Sempat berpikir) pokoknya ini (pertandingan) selesai mau lapor ke polisi, tapi kondisinya (kasus) crowd (ramai) akhirnya saya menghentikan (laporan),” tutup Yahya.

Diketahui, ada dua Aremania yaitu Yuli Sumpil dan Fandi yang dijatuhi hukuman oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI 2018 lalu. Keduanya tidak boleh masuk ke stadion seumur hidup.

Namun sanksi bagi Yuli Sumpil selaku Dirigen Aremania dan Fandi itu sudah dicabut 2019 lalu.

Sekadar informasi, mereka disanksi karena turun lapangan dan memprovokasi suporter lain turut serta, sebelum laga Arema FC melawan Persebaya 2018.

Untuk diketahui Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 pascapertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tercatat sebanyak 135 orang meninggal dunia dan 583 orang lainnya cedera dalam tragedi ini.(lta/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs