Jumat, 22 November 2024

Sidang Kanjuruhan, Manajemen dan Ofisial Persebaya Sebut Provokasi Terlihat Sejak Awal

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Yahya Alkatiri Manajer Persebaya saat berkomunikasi dengan para pengacara terdakwa polisi, Selasa (14/2/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Sidang ke-12 Tragedi Kanjuruhan di Pengadilan Negeri Surabaya, Selasa (14/2/2023) masih menggulirkan agenda pemeriksaan saksi. Penasihat hukum tiga terdakwa polisi mengajukan manajemen dan ofisial Persebaya menjadi saksi yaitu Yahya Alkatiri Manajer Persebaya, Defi Harianto dan Roi Ardiles, keduanya Ofisial Persebaya.

Sekitar tiga jam diperiksa, ketiganya memberi keterangan situasi yang terjadi sejak sebelum pertandingan Arema FC melawan Persebaya 1 Oktober 2022 hingga selesai, Tragedi Kanjuruhan terjadi. Ketiganya menyampaikan poin yang hampir sama yaitu provokasi suporter Aremania sudah nampak sebelum pertandingan usai.

Yahya menyebut, sejak awal kedatangan pemain, ofisial, pelatih, maupun manajemen Persebaya ke Stadion Kanjuruhan sudah mendapat sambutan tak mengenakkan dari Aremania.

“Saya jelaskan, jadi kami berangkat dari hotel hari pertandingan itu, pakai rantis menuju ke Stadion Kanjuruhan jam lima sore. Kami naik barakuda. Sampai sana, sekitar jam enam malam. Rantis itu belum dapat teror cuma dimaki-maki saja, tapi karena rantis, gak denger. Intinya kelihatan di luar orang marah-marah,” imbuhnya.

Intimidasi suporter juga nampak saat para pemain melakukan pemanasan sebelum berganti kostum dan bertanding. Aremania menggemakan nyanyian yel-yel.

“Kemudian kami masuk ruang ganti. Setelah itu pukul 19.10 WIB, kami masuk ke lapangan pemanasan. Ketika itu pemain sedang pemanasan mulai terdengar lagu Bonek J*** dibunuh saja. Terus kemudian setelah pemansan, kami masuk ke kamar ganti setelah itu kick off. Waktu itu main, ada di tribun depan saya, kalau tidak salah sebelah timur, ada salah satu, mungkin koordinator suporter membentangkan spanduk (bertuliskan) kiamatmu di Malang,” kata Yahya.

Yel-yel menghina Bonek, lanjut Yahya, terus dinyanyikan sepanjang pertandingan. Tak hanya nyanyian, tapi Aremania juga melempar pemain Persebaya botol minuman air.

“Terus kemudian waktu istirahat babak pertama kami masuk ke lorong, di tralis suporter udah ngancam mati koen he (hei kamu mati). Kemudian kami masuk kamar ganti. Ada pemain kami keluar (lapangan) cedera, dibawa keluar, udah terjadi pelemparan. Setelah selesai pertandingan, pemain lari itu, terjadi pelemparan. Semua lari masuk ke kamar ganti. Terus masuk ke kamar ganti. Memang ada euforia sedikit, terus ada Media Officer Arema nyamperin kami bilang, waktu evakuasi cuma lima menit menuju ke rantis barakuda,” jelasnya.

Hingga intimidasi suporter juga terjadi saat proses evakuasi Persebaya. Yahya menceritakan mereka yang tertahan di dalam kendaraan rantis barakuda polisi, tidak bisa melaju karena dikepung Aremania.

Senada, Roi Ardiles Ofisial Persebaya juga menceritakan pengamanan yang tidak biasa. Tim Persebaya yang semula naik bus menuju Malang, berganti kendaraan rantis barakuda ketika di tengah perjalanan.

Kemudian nyanyian-nyanyian yel-yel Aremania yang ia sebut mencekam sudah terdengar sejak awal pertandingan.

Situasi mencekam itu membuat konferensi pers setelah pertandingan yang seharusnya ada terpaksa ditiadakan. Semua tim langsung masuk ke kendaraan rantis barakuda. Khusus Roi, masuk ke mobil patwal polisi yang mengawal barakuda urutan kedua paling depan.

“Saya memastikan semua teman-teman aman, saya masuk patwal. Patwal ada dua pertama dan kedua. Setelah itu saya masih kirim file dan lain-lain menyelesaikan kerjaan. Beberapa saat ada motor-motor pasukan itu siap-siap, kita jalan. Setelah itu saya sudah hilang fokus karena bingung kerjaan,” jelasnya.

Hingga jalan beberapa meter, ia menyaksikan situasi sudah tidak kondusif. Mobil patwal paling depan sudah dilempari suporter dan dibakar. Menyusul sopir mobilnya yang keluar, Roi juga langsung menyelamatkan diri.

“Barikade kanan-kiri udah mepet-mepet. Saya tidak bisa keluar. Saya cuma ngeluarin action cam saya taruh, kalau saya mati ya ini buktinya. Sampai agak lama, ada orang badan besar satu orang, barikade depan dibuangin. Sopir saya keluar drivernya itu. Saya cuma lihat orang di luar udah nunjuk-nunjuk. Saya dengar keluar, keluar, keluar. Saya keluar di luar udah perih gitu aja sih. Saya harus kemana-kemana saya lihat baju hijau, saya samperin saya bilang ofisial minta diselamatkan. Pas saya berusaha lari, patwal saya sudah hancur sepertinya,” imbuhnya.

Usai menyelamatkan diri dari mobil yang terbakar, Roi berusaha naik truk brimob yang berada di urutan terakhir setelah barakuda.

Nahas, barakuda berhasil jalan, tapi truknya tertahan di kepungan Aremania. Tak lama kemudian truk yang ditumpanginya bersama ofisial lain turut dibakar massa.

Ofisial lain, Defi Harianto yang sudah berada di dalam truk setelah seluruh tim Persebaya dievakuasi dari dalam Stadion Kanjuruhan, juga memberi kesaksian serupa.

“Saya ada di truk Brimob karena rantis tidak cukup. Kita berhenti, juga tidak bisa jalan. Saya tidak tahu (situasi di luar) karena di (dalam) truk gelap sekali,” tegasnya.

Hingga akhirnya, truk juga jadi korban kemarahan Aremania yang kalah 2-3 dari Persebaya. Ia melihat api dilemparkan ke dalam truk dan terbakar.

“Saat saya nunduk turun, ada api dimasukkan dalam truk. Saya di dalam truk Brimob yang terbakar. Saya sama mas Roi (Roi Ardiles),” imbuhnya.

“Kita (yang di dalam truk) langsung mencolot (melompat) kita diamankan Brimob masuk ke stadion lagi,” tambahnya lagi.

Kesaksian tiga saksi fakta itu senada dengan narasi yang ingin dibangun para penasihat hukum tiga terdakwa polisi. Penembakan gas air mata di stadion yang disebut-sebut penyebab 135 nyawa meninggal dan ratusan lainnya luka, merupakan respons provokasi dan anarkisme suporter.

“Poinnya satu, penembakan itu terjadi setelah aparat diserang dengan berbagai cara. Mereka (aparat) itu, (menembak) dengan tujuan mengurai massa. Tindakan provokatif itu sudah dimulai saat pertandingan dan pelemparan-pelemparan ke aparat,” kata Agus Samijaya penasihat hukum terdakwa Polri pada suarasurabaya.net, Kamis (9/2/2023) lalu.(lta/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs