Sabtu, 23 November 2024

BRIN: Golkar Punya Tiga Modal Penting untuk Mencapai Target Perolehan Suara Pemilu 2024

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan

Airlangga Hartarto Ketua Umum DPP Partai Golkar menginstruksikan seluruh kader partainya fokus berjuang meraih kemenangan dengan mencapai target minimal 20 persen suara nasional pada Pemilu 2024

Lili Romli Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP BRIN) menilai, target yang dicanangkan Airlangga tersebut cukup realistis.

Menurutnya, ada tiga modal yang dimiliki partai berlambang pohon beringin. Pertama, Golkar selalu berada di papan atas dari hasil survei terkait elektabilitas partai.

Kedua, Golkar didukung sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, baik yang duduk di legislatif, eksekutif dan profesi lainnya. Ketiga, Golkar juga mempunyai kader partai yang solid dan tidak ada konflik internal.

“Kalau modal politik tersebut diberdayakan dengan optimal, saya yakin bisa tercapai target tersebut,” ujarnya di Jakarta, Senin (13/2/2023).

Peneliti senior itu melanjutkan, Golkar bisa memaksimalkan rekrutmen calon anggota legislatif (caleg) untuk memperbesar peluang kemenangan.

“Untuk itu, rekrutmen caleg Golkar akan menentukan berhasil tidaknya,” katanya.

Selain itu, Golkar juga perlu mewaspadai efek ekor jas yang disebut mampu mendongkrak perolehan suaranya.

“Tentu calon presiden (capres) yang diusung nanti punya pengaruh. Kalau capres yang diusung tidak terasosiakan dengan Golkar, maka coat tail effect tidak berpengaruh,” ungkapnya.

Lili menegaskan, Golkar harus memegang kunci bursa kandidasi Pilpres 2024 kalau ingin mencapai target perolehan suara.

“Intinya, Golkar sebagai partai besar harus yang memegang kunci kandidasi, bukan mengikuti dan dikendalikan partai lain jika target ingin tercapai,” tambahnya.

Lebih lanjut, Profesor Lili menyebut Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar, PPP, dan PAN sudah cukup mumpuni untuk berlaga di Pilpres 2024.

“Sebenarnya dengan tiga partai tersebut sudah cukup. Sehingga, nanti masing-masing partai dalam koalisi tersebut akan bekerja maksimal, tidak lepas tangan. Kalau koalisinya besar tidak akan maksimal, seperti Pilpres 2019,” tuturnya.

Selanjutnya, Lili menyarankan Golkar tidak terpaku pada sosok Airlangga Hartarto. Artinya, Golkar patut mempertimbangkan sosok lain dengan elektabilitas tinggi untuk mewakili dalam Pilpres 2024.

“Pak Airlangga sampai saat ini popularitas dan elektabitasnya masih rendah. Oleh karena itu, perlu cari kandidat lain dari Golkar agar dapat mencapai target tersebut. Bisa saja seperti Ridwan Kamil sebagai alternatif kandidatnya,” pungkasnya.

Sementara itu, Cecep Hidayat pengamat politik mengatakan, mesin partai Golkar sudah bekerja keras khususnya di tingkat daerah.

“Golkar beda dengan yang lain, mesin politik sudah kuat, kinerja dari caleg yang lebih dominan ditimbang efek ekor jas dari capres yang dicalonkan,” katanya.

Mesin Golkar, sambung Cecep, bekerja dari daerah, untuk menopang kerja-kerja partai di tingkat nasional.

Terkait efek ekor jas, dia bilang Golkar tidak kebagian walau menjadi partai pendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Efek ekor jas, asosiasi si capres dengan partai, kalau dari awal Golkar tidak bisa diasosiasikan dengan capres tertentu, maka tidak menarik orang untuk memilih partai tersebut,” jelasnya.

Berdasarkan hasil Musyawarah Nasional, Golkar mendorong Airlangga Hartarto sebagai capres 2024.

“Memang kalau akhirnya Golkar bersikeras mencalonkan Airlangga, dari jauh-jauh hari disebutkan rekam jejak dia, apa profesi sebelumnya dan apa sekarang, dan pencapaiannya untuk mempopulerkan dan membuat tingkat keterpilihannya naik,” tandas Doktor dari Universitas Pertahanan itu.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs