Amien Widodo Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjelaskan soal kemunculan gunung di bawah laut di perairan Pacitan, Jawa Timur akibat ada tumbukan antar dua lempeng.
Menurut penjelasan Amien, terdapat lempeng Samudera Hindia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia sehingga lempeng tersebut menjulang ke atas. Sedangkan lempeng yang menyusup ke bawah itu membentuk sebuah palung.
Pakar ITS itu menyebut bahwa kemunculan gunung di bawah laut Pacitan itu bukan disebabkan oleh sering terjadinya gempa. Namun, justru aktivitas tumbukan lempeng itu bisa menyebabkan gempa.
“Tumbukan itu mulai 0 sampai 600 kilometer ke bawah laut. Itu bisa terjadi gempa di kedalaman 100 hingga 650 kilometer, karena pergeseran lempeng yang panjang,” kata Amien kepada suarasurabaya.net, Senin (13/2/2023).
Meski demikian, Amien belum bisa memastikan apakah gunung tersebut berbahaya atau tidak. Sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut oleh pihak Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Menurutnya kalau gunung tersebut tidak berstatus aktif tidak akan berbahaya bagi penduduk pesisir. Namun kalau gunung itu terus naik ke atas, pihak pemerintah perlu melakukan monitoring dan waspada.
“Kalau naik terus dikhawatirkan terjadi longsor. Kalau di bawah laut terjadi longsor besar bisa menimbulkan tsunami tanpa peringatan,” katanya.
Oleh sebab itu, dirinya berpesan kepada pemerintah supaya melakukan penelitian dan kajian yang detail kepada gunung tersebut. Terkait kontur tanah gunung itu berupa batuan atau justru banyak retakan.
Sebagai informasi, Badan Informasi Geospasial (BIG) menemukan keberadaan gunung di bawah laut di perairan Pacitan. Letak gunung tersebut berada di 200 kilometer barat daya Pacitan.
Dari informasi yang dihimpun, tinggi gunung tersebut mencapai 2.300 meter dari dasar laut dan memiliki diameter sekitar 10 kilometer. Kedalamannya antara tiga hingga empat kilometer dari permukaan air.(wld/ihz/iss)