Jumat, 22 November 2024

BKKBN Sarankan Penggunaan Alat Kontrasepsi Sesuai Kebutuhan

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi alat kontrasepsi. Freepik

Eni Gustina Deputi bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasangan.

Sebagai contoh, untuk calon pengantin, Eni mengatakan pihaknya menyarankan untuk menggunakan kontrasepsi seperti pil kombinasi yang memiliki efek samping ringan dan cenderung cepat untuk kembali ke masa subur.

“Menyesuaikan dengan kebutuhan dan umur juga, sih. Kalau calon pengantin sebenarnya kami lebih menyarankan untuk menggunakan kontrasepsi yang efek sampingnya ringan dan kembali ke kesuburannya cepat,” kata Eni kepada Antara, Sabtu (11/2/2023).

Dia menjelaskan, pil kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron yang tidak mempengaruhi pola menstruasi perempuan. Selain pil kombinasi, pasangan usia yang subur juga dapat memilih kondom sebagai alat kontrasepsi lain.

Kalau pasangan perempuan sudah pernah melahirkan dan memiliki anak satu, Eni menyarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka seperti implan atau susuk KB dan spiral atau intra uterine device (IUD). Alat kontrasepsi bisa dihentikan jika pasangan ingin memiliki anak lagi.

“Atau kalau memang keputusannya sudah bulat, mau kontrasepsi mantap (tidak ingin punya anak lagi), dilakukan tubektomi juga nggak masalah (untuk istri) atau suaminya pakai vasektomi juga nggak masalah,” kata Eni.

Walau ada KB suntik yang dapat dijadikan pilihan bagi pasangan perempuan, Eni mengatakan metode itu lebih banyak memakan biaya mengingat harus suntik ulang setiap satu bulan atau beberapa bulan sekali.

Sebelum menentukan jenis kontrasepsi yang tepat, Eni mendorong agar pasangan melakukan konseling dengan tenaga medis terlebih dahulu, baik dokter spesialis mau pun bidan.

Selain bisa mengetahui informasi tentang setiap metode kontrasepsi secara lebih jauh, dokter juga akan memeriksa kondisi kesehatan pasangan sehingga penggunaan kontrasepsi yang disarankan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasangan.

Sebagai contoh, pasangan memiliki riwayat penyakit kencing manis atau diabetes, Eni mengatakan dokter mungkin tidak menyarankan penggunaan IUD karena khawatir kondisi itu lebih mudah mengalami infeksi yang dapat berujung pada perlukaan.

Atau kondisi obesitas di atas 90 kilogram, misalnya. Eni mengatakan dokter mungkin tidak menyarankan penggunaan KB implan karena efektivitas kontrasepsi pada kondisi tersebut menjadi berkurang.

“Jadi, (memilih kontrasepsi yang tepat) ada SOP-nya. Nggak semata-mata menggunakan kontrasepsi, sudah pakai ini. Nggak juga,” tandasnya.(ant/dfn/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs