The World Health Organiztion (WHO) sedang menyelidiki hubungan produsen yang obat batuknya terkontaminasi penyebab kematian lebih dari 300 anak di tiga negara.
Diberitakan Reuters pada Selasa (24/1/2023), WHO sedang mencari informasi tentang bahan mentah tertentu yang digunakan oleh produsen di India dan Indonesia, serta apakah perusahaan memperolehya dari pemasok yang sama. WHO belum menyebutkan pemasok mana pun.
WHO juga sedang mempertimbangkan apakah akan menyarakan para keluarga secara global untuk menilai kembali obat batuk sirup anak-anak yang hendak dikonsumsi sementara keamanan dari produk masih dipertanyakan.
Kematian anak akibat gagal ginjal akut dimulai pada Juli 2022 di Gambia, diikuti kasus di Indonesia dan Uzbekistan. WHO mengatakan kematian tersebut terkait dengan obat batuk sirup yang dikonsumsi anak-anak mengandung racun yang diketahui sebagai dietilen glikol atau etilen glikol.
WHO mengatakan pada hari Senin (23/1/2023) bahwa pihaknya telah memperluas penyelidikannya terhadap potensi kontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol dalam sirup obat batuk ke empat negara tambahan di mana produk yang sama mungkin telah dijual di Kamboja, Filipina, Timor Leste, dan Senegal.
WHO, bekerja sama dengan regulator obat Indonesia, juga mengeluarkan peringatan pada bulan Oktober tentang sirup obat batuk yang dibuat oleh empat produsen Indonesia dan dijual di dalam negeri. Produsen tersebut adalah PT Yarindo Farmatama, PT Universal Pharmaceutical, PT Konimex, PT AFI Farma.
Hermansyah Hutagulung Pengacara PT. Universal Pharmaceutical mengatakan telah menarik semua sirup obat batuk yang dianggap berbahaya dari pasar.
“Kejar pemasok, merekalah penjahat sebenarnya, merekalah yang memalsukan bahan mentah dengan memalsukan dokumen bahan mentah sampai ke perushaan farmasi,” tambahnya.
WHO mengatakan sirup yang terkontaminasi dietilen glikol dan etilen glikol mengandung efek toksik yang bisa membuat ketidakmampuan untuk buang air kecil, penyakit ginjal, dan kematian.
“Ini adalah prioritas tertinggi bagi kami, untuk melihat tidak ada lagi kematian anak akibat sesuatu yang sangat dapat dicegah,” kata Margaret Harris juru bicara WHO.(ihz/dfn/ipg)