Film pertempuran Surabaya berjudul “Soera Ing Baja: Gemuruh Revolusi’45” tayang perdana Senin (2/1/2023) hari ini, di Studio XXI Tunjungan Plaza Mal 1.
Wiwiek Widayati Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya menjelaskan, film itu mengisahkan pertempuran Surabaya pada masa pendudukan kolonial tahun 1945.
“Ini merupakan momentum yang tepat. Soera Ing Baja itu secara harfiah artinya berani menghadapi bahaya. Maka dari itu film ini diputar sebagai penyemangat warga Surabaya di tahun yang baru. Semoga lebih berani lagi dalam menghadapi tantangan ke depan,” kata Wiwiek, Senin (2/1/2023).
Ratusan orang mulai dari komunitas, pegiat sejarah, akademisi, hingga mahasiswa ikut terlibat dalam produksi film yang sepenuhnya dibuat dengan latar Kota Surabaya itu.
Beberapa set latar pengambilan, mulai dari bangunan Lodji Besar Peneleh, warga sekitar kampung Pandean, Plampitan, dan masih banyak lagi.
Faizal Anwar sutradara mengungkapkan, film itu berdasarkan referensi dari sejumlah fakta yang jarang diketahui publik. Seperti, arsip pemberitaan resolusi jihad di surat kabar, arsip resmi laporan kematian Brigadir Mallaby yang baru dapat dibuka pada 2022.
Selain itu, arsip Surat Penetapan Pemerintah Republik Indonesia tentang Hari Pahlawan pada 1946, serta dokumen asli pidato Soekarno Presiden saat peresmian Tugu Pahlawan pada 10 November 1952.
Film Soera Ing Baja nantinya akan diputar secara terbuka di museum-museum Surabaya, sebagai salah satu media edukasi sejarah untuk publik.
“Film ini adalah gambaran peristiwa yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia di Surabaya hingga terjadinya palagan nasional pertempuran Surabaya. Hingga pemerintah pusat menetapkan 10 November menjadi peringatan Hari Pahlawan dan membangun Tugu Pahlawan untuk mengenang peristiwa besar itu,” pungkasnya.
Adapun dalam film tersebut, Ir. Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia diperankan oleh Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya. (lta/bil/rst)