Mantan Paus Benediktus, yang pada 2013 menjadi paus pertama yang mengundurkan diri dalam 600 tahun terakhir, meninggal dunia pada usia 95 tahun di sebuah biara terpisah di dalam Vatikan tempat ia tinggal sejak mundur.
Kabar itu disampaikan oleh seorang juru bicara Takhta Suci.
Vatikan menyebutkan bahwa jasad Benediktus akan disemayamkan di depan umum mulai Senin (1/1/2023) di Basilika Santo Petrus.
Vatikan biasanya menyelenggarakan ritual panjang bagi seorang paus yang berkuasa meninggal tetapi tidak ada yang diketahui publik untuk seorang mantan paus.
“Dengan rasa duka kami menginformasikan bahwa Paus Emeritus, Benediktus XVI, meninggal dunia hari ini pada pukul 9:34 di Nater Ecclesiae Monastery di Vatikan,” kata Matteo Bruni, sang juru bicara dalam sebuah pernyataan yang dikutip Antara dari Reuters.
Pada awal pekan ini, Paus Fransiskus mengatakan bahwa pendahulunya itu “dalam keadaan sangat sakit”, dan meminta agar orang-orang mengirimkan doanya.
Selama hampir 25 tahun, sebagai Kardinal Joseph Ratzinger, Benediktus merupakan pimpinan kuat dari kantor doktrin Vatikan, yang pada saat itu dikenal sebagai Congregation for the Doctrine of the Faith (CDF).
Dia terpilih sebagai paus pada 19 April 2005 untuk meneruskan posisi yang sebelumnya dipegang oleh Paus John Paul II, yang menjabat selama 27 tahun. Para kardinal memilihnya di antara sesamanya untuk keberlanjutan dari apa yang disebut sebagai sosok “yang dipercaya.”
Benediktus, paus asal Jerman pertama dalam 1.000 tahun terakhir, mengakui bahwa dia merupakan administrator yang lemah.
Ia mengatakan dirinya punya “kekurangan dalam tekad saya memerintah dan pengambilan keputusan,” selama delapan tahun kepausannya, yang ditandai dengan langkah-langkah yang salah dan skandal yang bocor.
Skandal pelecehan anak menghantui sebagian besar masa kepausannya, namun dia dipuji karena memulai proses untuk mendisiplinkan atau memecat pendeta yang melakukan tindakan tidak benar, setelah pendahulunya memiliki sikap yang lebih longgar.
Setelah pengunduran dirinya, kaum konservatif di Gereja memandang sang mantan paus sebagai pembawa standar mereka dan beberapa ultratradisionalis bahkan menolak mengakui Fransiskus sebagai paus yang sah.
Mereka mengkritik Francis karena pendekatannya yang lebih ramah kepada anggota komunitas LGBTQ+ serta umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi di luar Gereja. Menurut mereka, kedua pendekatan itu merusak nilai-nilai tradisional.(ant/iss)