Warga Negara Indonesia (WNI) lulusan universitas se-Swedia menggagas kolaborasi untuk mengembangkan berbagai industri fesyen berkelanjutan di Indonesia pada masa depan.
Hal tersebut dikemukakan dalam acara SI Green Fashion Day yang dihelat komunitas Alumni Swedia bersama Swedish Institute, di Gedung Sarinah, Jakarta, Sabtu (17/12/2022) sore kemarin.
“Sepanjang sejarah, mode, dan dorongan untuk mengekspresikan diri melalui mode telah menjadi bagian dari diri kita. Kita melihatnya setiap hari di Indonesia, misalnya dengan corak batik yang indah. Sayangnya, cara kita memproduksi dan mengkonsumsi pakaian sangat tidak berkelanjutan,” ujar Marina Berg Duta Besar Kerajaan Swedia untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN, dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, Minggu (18/12/2022).
“Sekaranglah waktunya untuk mengadopsi praktik ekonomi sirkular dan bekerja lebih berkelanjutan, untuk kepentingan Swedia, Indonesia, dan seluruh dunia,” lanjutnya.
Sementara itu, Dothy Ketua Alumni Swedia secara terpisah mengungkapkan kesadaran mastyarakat pada isu berkelanjutan, sejatinya semakin meningkat. Kondisi tersebut membuat industri tekstil sebagai salah satu penyumbang limbah terbesar semakin disorot.
Hal itu diperparah tren fast fashion berdampak banyaknya sampah sisa fashion di dunia, termasuk Indonesia yang punya kemampuan konsumsi besar.
“Alumni Swedia didukung Swedish Institute mengajak kolaborasi lintas organisasi, baik korporasi maupun komunitas, untuk meningkatkan kesadaran pada isu penting, inisiatif fashion yang berkelanjutan. Kami mengajak semua berkolaborasi, berdiskusi, berbagi pengetahuan, kapabilitas, dan sumber daya, untuk menghasilkan dukungan kepada komunitas yang merasa bisa mulai mempraktikan inisiatif fashion berkelanjutan ini,” jelas Dothy.
Adapula Svida Alisjahbana CEO Thread4Hope, yang juga Ketua Komite Tetap Kesetaraan Gender KADIN menekankan bahwa saat ini merupakan momen tepat menghubungkan industri kecil menengah, yang kebanyakan pelakunya perempuan. Kolaborasi untuk strategi produksi yang lebih ramah lingkungan sangat dibutuhkan.
“Misalnya berkolaborasi memintal dan menenun dari sampah industri fashion. Selain itu dibutuhkan terobosan-terobosan baru dalam proses batik, pewarnaan di antara pengusaha UKM tekstil di Indonesia,” ungka Svida yang juga salah satu pembicara dalam SI Green Fashion Day.(bil/iss)