Eliminasi kasus TBC di Surabaya, melebihi target skrining atau penyaringan nasional, mencapai 79.632 (suspek) atau 130,96 persen (capaian terduga TBC). Itu melebihi target Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), yakni 60.804 kasus terduga TBC.
Sri Setiyani Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengatakan, berdasarkan data Kemenkes RI, estimasi pasien positif kasus TBC di Surabaya sebanyak 11.209, tapi ternyata usai diperiksa hanya ada 7.070.
“Setelah diperiksa dari 79.632, sebesar 7.070 atau 63,07 persen yang terdiagnosa TBC sudah mendapatkan treatment coverage TBC per 14 Desember 2022. Data 7.070 itu terdiri dari warga Surabaya dan non Surabaya,” kata Sri, Kamis (15/12/2022).
Para pasien positif TBC itu, lanjut Sri, akan diobati rutin. Hasilnya, 91,01 persen kasus TBC telah dinyatakan sembuh (treatment success rate TBC).
“Artinya, TBC bukanlah penyakit keturunan, melainkan penyakit menular yang bisa sembuh. Kita berusaha mencari, sehingga mengurangi orang yang mungkin sudah terjangkit TBC,” ujarnya.
Meski begitu, dinas kesehatan tetap melakukan pemeriksaan kepada masyarakat yang sedang mengalami batuk dan tidak kunjung sembuh.
“Dengan adanya Perpres Nomor 67 Tahun 2021 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/331/436.1.2/2021 tentang Tim Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis Kota Surabaya, dimana peran komunitas, stakeholder, dan multi sektor perlu ditingkatkan dalam penahanan TBC secara konferensif,” ujar dia.
Sri memastikan, akan terus memaksimalkan pelayanan kesehatan yang tidak hanya dinaungi oleh Pemkot Surabaya, tetapi juga milik swasta.
“TBC memerlukan pengobatan minimal 6 bulan dan Alhamdulilah bisa dicover BPJS. Kami memiliki TCM (Tes Cepat Molekuler) sebanyak 40 unit yang tersebar di Puskesmas dan rumah sakit,” ungkap dia. (lta/gat/ipg)