Dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), Aparatur Sipil Negara (ASN) bersama lembaga kemasyarakatan Kelurahan Purwantoro dan Arjosari, Malang, mengadakan studi banding ke Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo, di Kelurahan Sekardangan.
Dwi Cahyono, Lurah Purwantoro mengatakan, kunjungan pada Rabu (14/12/2022) hari ini dimaksudkan agar tim lingkungan, LPMK, BKM dan PKK belajar atas keberhasilan di Kampung Edukasi Sampah tersebut.
“Kami belajar untuk mengembangkan kampung-kampung tematik yang dimiliki agar bisa berkembang dan eksis kedepannya” jelasnya dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net.
“Bagaimana mereka mampu membuat kesulitan dan kelemahan dibalik menjadi kekuatan dan perubahan, inilah yang menjadi pembeda, dan hal ini yang akan kami tiru,” lanjut Dwi.
Dia berharap, kedepan bisa ada jalinan kerjasama antara Kampung Edukasi Sampah dengan pemerintah kelurahannya.
Sementara itu, Edi Priyanto pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah mengatakan telah terjadi perubahan paradigma sebagaimana Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Pola penanganan sampah dari kumpul-angkut buang, diubah menjadi pengurangan di sumber sampah dan daur ulang sumberdaya.
Pendekatan yang tepat menggantikan pendekatan ujung pipa (end of pipes) atau membuang sampah langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA), yaitu dengan cara mengimplementasikan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), pemanfaatan sampah, dan pemrosesan akhir sampah di TPA.
“Sehingga menjadi faktor yang penting bahwa keberhasilan dalam rangka pengolahan sampah berkaitan erat dengan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) yang paham betul mengenai pengelolaan sampah, baik dalam pengurangan dan penanganan sampah,” ujar Edi.
Dia kembali merinci bahwa dalam pengelolaan dan pengolahan sampah tak akan bisa berhasil apabila tidak ada peran serta dari masyarakat. Setidaknya ada empat kunci keberhasilan.
Pertama dalam masyarakat perlu adanya local hero, yaitu adanya tokoh masyarakat bisa ketua atau pengurus RT/RW yang mampu menggerakkan dan memotivasi warga setempat.
Kedua, diperlukan kesadaran dan kepedulian para warga untuk turut serta mengelola dan menjaga lingkungannya.
“Ketiga adalah adanya warga masyarakat yang turut serta dan berpartisipasi aktif melaksanakan proses kegiatan pengelolaan lingkungan, sehingga mempunyai rasa empati dan memiliki kepedulian akan lingkungan. Dan keempat adalah perlunya komunikasi dan transparansi yang baik antara pengurus dan warganya agar tercipta kepercayaan dikedua belah pihak,” pungkasnya.(bil/ipg)