World Vegan Organization menyebut, tren hidup sehat berbasis bahan nabati (vegan) di Kota Surabaya terus meningkat. Gerakan itu akan mengurangi efek pemanasan global dan perubahan iklim.
Itu dibahas dalam talk show Vegan Festival di Surabaya, Kamis (8/12/2022) sore. Tren hidup sehat berbasis nabati disebut sudah menjamur di Indonesia. Perlahan banyak orang tidak lagi mengonsumsi makanan/minuman atau memakai produk dari hewani.
Tak terkecuali di Surabaya, Susanto Ketua Indonesia Vegetarian Society (IVS) Jatim menyebut, jumlah peserta terus meningkat sejak event pertama kali digelar pada 2011 lalu. Begitu juga dengan jumlah pengunjung.
Pada gelaran Vegan Festival 2019, jumlah pengunjung mencapai lebih dari 30 ribu orang. Padahal setahun sebelumnya baru 20 ribu. Dia yakin, jumlah pengunjung setiap tahun mengalami peningkatan.
“Kita mengukur dari berbagai tahun ke tahun punya kegiatan. Animo yang hadir semakin banyak. Hitungan apa kita belum bisa menyampaikan. Tapi animo pengunjung itu sebagai gambaran,” kata Susanto pada suarasurabaya.net, Kamis (8/12/2022).
Hal senada disampaikan Susianto, Presiden World Vegan Organization (WVO). Menurutnya, terus bertambahnya jumlah resto vegan di Indonesia sebagai gambaran kesadaran masyarakat menerapkan pola hidup sehat meningkat.
Tahun 1998, jumlah resto vegan di Indonesia hanya 50. Sementara pada 2017, jumlahnya melesat hingga sekitar 10.000 resto.
“Itu berdasarkan survei yang kami lakukan di tahun 1998 dan 2017,” ujar Susianto.
Susianto lantas mencontohkan makanan yang vegan untuk mencukupi kebutuhan tubuh setiap harinya.
“1/3 dari isi piring adalah makanan pokok tidak wajib nasi. Tapi Indonesia, kalau tidak pakai nasi katanya tidak makan. 1/3 lagi sayuran. 1/6 buah-buahan. 1/6 lagi lauk pauk hewani dan nabati masing-masing 1/12. Kalau kita mau simpulkan ada 100% piring dikurangi 8%, hasilnya nabati atau vegan,” jelasnya.
Diketahui, Vegan Festival digelar 8-11 Desember 2022 bertempat di Exhibition Hall Grand City Mall Surabaya. (lta/ipg)