Sabtu, 23 November 2024

Oksidasi Mikroba Signifikan Kurangi Emisi Metana di Lautan

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Xinhua

Zhuang Guangchao seorang Ahli Kimia Laut dari Universitas Kelautan China beserta para tim peneliti menemukan hampir separuh dari metana di perairan laut dangkal yang kaya nutrisi, dikonsumsi oleh mikroba sebelum pelepasan emisinya ke atmosfer.

“Penemuan ini menyiratkan bahwa peran oksidasi mikroba dalam pembersihan metana lebih penting dari yang kita kira sebelumnya, karena hal itu secara signifikan mengurangi emisi metana global dari perairan dangkal,” tuturnya dikutip Antara dari Xinhua, Minggu (4/12/2022). seorang ahli kimia laut dari Universitas Kelautan China sekaligus sebagai kepala tim penelitian tersebut.

Zhuang, yang sekaligus kepala tim penelitian itu bersama dengan para ilmuwan China dan luar negeri menjelaskan, metana merupakan gas rumah kaca terpenting kedua dan potensi pemanasan globalnya lebih dari 20 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida.

Oleh karena itu, mengurangi emisi metana global penting untuk mencapai netralitas karbon.

“Lautan merupakan sumber metana atmosfer dan perairan pantai yang dangkal mendominasi emisi metana lautan global, sedangkan oksidasi mikroba bertindak sebagai biofilter yang dapat mengurangi emisi tersebut,” paparnya.

Dalam penelitian yang belum lama ini diterbitkan di jurnal Nature Communications, para peneliti menggabungkan serangkaian analisis geokimia dan mikroba serta model pembelajaran mesin untuk mempelajari siklus metana di lautan.

Mereka mengukur tingkat oksidasi metana di perairan laut dangkal global dan melakukan estimasi peran mereka dalam emisi metana lautan.

“Ini menjadi perhitungan pertama dari tingkat oksidasi metana di perairan dangkal pada skala global, yang membantu kita lebih memahami siklus gas rumah kaca yang penting ini,” ungkapnya.

Zhuang menambahkan bahwa penelitian ini juga sangat penting dalam membantu mengurangi emisi metana lautan dan mencapai netralitas karbon.

Sebagai informasi, tim peneliti itu terdiri dari para ilmuwan dari Universitas Kelautan China, Universitas Xiamen, University College London, Montana State University, dan University of Georgia.(ant/rum/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs