Jumat, 22 November 2024

Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Kecewa dengan Hasil Autopsi PDFI

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ribuan Bonek, suporter Persebaya, Senin (3/10/2022) malam menggelar doa bersama di Tugu Pahlawan Surabaya melepas kepergian seluruh korban meninggal dalam tragedi Stadion Kanjuruhan,  Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sebuah lilin di masing-masing tangan suporter, mengisyaratkan simbol bela sungkawa. Foto: Redhita suarasurabaya.net

DA (41) ayah dari dua korban Tragedi Kanjuruhan berinisial NDR (16) dan NDB (13) mengaku kecewa dengan hasil pemeriksaan Tim Perhimpunan Dokter Forensik (PDFI) Jawa Timur. Ia menduga, hasil autopsi itu sudah direkayasa dan dimanipulasi.

“Saya sangat sakit hati, ini tidak transparan, mereka janji di depan makam, dan mengingkarinya,” kata DA, waktu dikonfirmasi, Kamis (1/12/2022).

Sedangkan, Imam Hidayat kuasa hukum keluarga korban juga menduga hasil autopsi itu dimanipulasi. Pasalnya, ada sejumlah temuan PDFI yang tak sesuai dengan kondisi jenazah.

Imam juga meragukan hasil temuan PDFI yang menyebut korban mengalami patah tulang iga dan tulang dada. Alasannya, dalam foto dokumentasi yang dimiliki keluarga, kaus yang dikenakan korban masih bersih waktu mereka pertama kali ditemukan.

Sehingga bukti itu menepis dugaan korban meninggal akibat terinjak atau karena kekerasan benda tumpul di bagian dada hingga menyebabkan beberapa tulangnya patah.

“Dalam foto dokumentasi keluarga, kaus yang dipakai almarhumah ini masih bersih, bahwa pertandingan hujan, kalaupun disebut meninggal terinjak, pasti kausnya kotor, karena stadion jadi becek,” ucapnya.

Imam melanjutkan, yang lebih mengecewakan lagi bahwa pihak keluarga justru belum mendapatkan hasil pemeriksaan autopsi langsung dari PDF Jatim.

Mereka baru tahu hasilnya justru dari media. Kata Imam, hal ini sudah menunjukan bahwa proses autopsi jauh dari kata transparan.

“Keluarga juga kecewa. Saat saya telepon dr Nabil untuk minta hasilnya, dia bilang bahwa itu bukan wewenang dia, ‘menurut UU adalah wewenang penyidik silakan penyidik presscon atau dibuka di pengadilan’,” sebut Imam menirukan ucapan Nabil.

Sebelumnya PDFI Jawa Timur mengumumkan tidak ada kandungan zat gas air mata yang ditemukan dalam tubuh korban saat diautopsi.

Hal itu disampaikan oleh dr Nabil Bahasuan Ketua PDFI Jatim, dia menyebut bahwa kematian kepada dua korban disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.

“Jadi untuk hasil dari NDR (16). Itu didapatkan kekerasan benda tumpul. Adanya patah tulang iga, 2, 3, 4, 5. Dan di sana ditemukan perdarahan yang cukup banyak. Sehingga itu membuat sebab kematiannya,” ujar dokter Nabil, Kamis (1/12/2022).

Penyebab serupa juga ditemukan di jenazah NDB. Dia mengalami patah tulang iga.

“Kemudian, adiknya NDB (13). Juga sama tapi ada di tulang dadanya. Patahnya itu. Juga di sebagian tulang iga, sebelah kanan,” ucapnya.

Sebelumnya, dr Nabil mengaku jika dirinya tidak bisa memberikan keterangan terkait hasil autopsi. Namun kali ini pihaknya diberikan izin oleh penyidik untuk memberikan penjelasan sebatas kesimpulan saja, karena semua informasi akan disampaikan di proses pengadilan.

Nabil melanjutkan, dirinya mengaku tak bisa menyebutkan apa penyebab tulang-tulang korban itu patah. Ia hanya bisa memastikan bahwa luka itu disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.

“Di kedokteran forensik kita tidak bisa mengatakan itu karena apa. Tapi karena kekerasan benda tumpul. Untuk pastinya, tentu di penyidikan yang tahu,” ucap dia.

Nabil juga mengungkap, pemeriksaan kepada dua korban itu melibatkan Badan Riset dan Informasi Nasional (BRIN). BRIN bertugas untuk melakukan pemeriksaan toksikologi.

Dari pemeriksaan oleh BRIN tersebut tidak ditemukan adanya kandungan gas air mata atau zat beracun lainnya.

“Dari hasil pengumpulan sampel yang ada pada kedua korban. Kami sudah mengumpulkan kepada BRIN dan didapatkan tidak terdeteksi adanya gas air mata tersebut,” kata dia.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs