Sabtu, 23 November 2024

Tutup Wayang Sebulan Suntuk dengan Melukis Gatot Kaca

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Model dengan kostum Gatotkaca melihat hasil lukisan Budi Bi salah satu pelukis yang berpartisipasi saat melukis on the spot Gatotkaca dalam rangkaian acara Wayang Sebulan Suntuk di Cafe Taman Surabaya Suites Hotel, Rabu (30/11/2022). Foto: Redhita suarasurabaya.net

Pameran tunggal Taufik Kamajaya, pelukis wayang Surabaya dalam rangka Wayang Sebulan Suntuk yang digelar di Surabaya Suites Hotel selama satu bulan, resmi ditutup Rabu (30/11/2022) hari ini.

Dalam penutupan tersebut diselenggarakan kegiatan melukis secara on the spot dengan tema Gatot Kaca.

“Hari ini penutupan pameran tunggal saya yang sebulan penuh, diadakan kegiatan melukis on the spot dengan tema Gatot Kaca. Gatot kaca itu seorang tokoh wayang yang bisa terbang. Memberi makna dengan adanya pameran ini kita sebagai pelukis bisa mencapai kejayaan,” ujarnya saat ditemui suarasurabaya.net, Rabu.

Dia menyebut antusiasme masyarakat terhadap lukisan wayang yang dipamerkan selama sebulan penuh itu sangat tinggi.

Seniman lukis mengajak mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) melukis tokoh Gatotkaca bersama saat penutupan pameran tunggal Te Kamajaya dalam rangkaian acara Wayang Sebulan Suntuk di Cafe Taman Surabaya Suites Hotel, Rabu (30/11/2022). Foto: Redhita suarasurabaya.net

“Ternyata memang terbukti setelah saya menampilkan lukisan wayang, antusias masyarakat itu lebih banyak. Dari sekian banyak lukisan saya, wayang yang laku. karena lukisan wayang itu sangat jarang. bagi saya ini brand, saya membuat brand untuk dikenal publik justru dengan wayang,” katanya.

Pak Te panggilan akrabnya berharap, terselenggaranya pameran tunggal tersebut dapat memicu pelukis lain untuk konsisten berkarya.

“Pameran itu sudah menjadi sarana pelukis untuk mendapat apresiasi dari publik. Mengenalkan diri dan karyanya fungsinya pameran disitu. Harapannya secara umum semoga pelukis bisa lebih maju, eksis, konsisten, tetap berkarya dan berkreatifitas yang diwujudkan dengan lukisan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, kegiatan penutupan tersebut juga diikuti oleh komunitas lukis cat air (Kolcai) Surabaya, serta mahasiswa pertukaran pelajar dari Universitas Dr. Soetomo.

Para mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah tersebut turut memeriahkan acara dengan menggunakan baju adat daerah masing-masing.

“Acaranya seru, ini ikut yang kedua kalinya. Kita ada sekitar 30 orang, ada dari Aceh, Medan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Papua, Merauke, dari Sabang sampai Merauke ada. Pakai baju adat untuk berkolaborasi antar adat aja” kata Kharolina mahasiswa asal Medan.

Dia berharap, karya lukisan wayang seperti ini dapat dilestarikan terutama oleh anak muda.

“Semoga makin berkembang, walaupun sekarang sudah terkikis, kaya lukisan-lukisannya bisa dilestarikan lah sama kami mahasiswa generasi muda,” pungkasnya. (gat/bil/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs